Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutilasi, Ekspresi Kemarahan atau Bentuk Kepanikan?

Kompas.com - 06/03/2013, 13:01 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Penemuan enam potongan tubuh perempuan di jalur Tol Cikampek Km 1 hingga Km 3, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, arah Jatibening, Selasa (5/3/2013) pagi, menggegerkan publik. Sejumlah petunjuk lapangan, mulai dari potongan tubuh yang tercecer di jalan tol dan bekas sayatan di tiap potongan, menjadi pintu masuk kepolisian untuk menguak siapa pelakunya.

Pakar psikologi forensik sekaligus dosen PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian), Reza Indragiri Amriel, mengatakan, berdasarkan kasus mutilasi yang pernah terjadi di Tanah Air, dia memastikan pelaku dikenal korban. Adapun motif yang kerap terucap dari mulut pelaku mutilasi ialah dendam.

Reza mengatakan, terdapat dua kemungkinan pelaku nekat memotong-motong tubuh korban. Apakah mutilasi dilakukan atas dasar ekspresi kemarahan yang luar biasa atau hanyalah bentuk kepanikan seusai melakukan pembunuhan.

"Pelaku merasa tidak cukup hanya dengan membunuh korbannya. Sebagai ekspresi marah yang luar biasa, pelaku juga melakukan pencederaan parah kepada korban," ujar Reza kepada Kompas.com, Rabu (6/3/2013) pagi.

Faktor pemicu yang kedua, kata Reza, ialah instrumental (panik). Pelaku memutilasi karena panik setelah membunuh. Akhirnya, korban dimutilasi untuk menghilangkan jejak. Perbedaan di antara keduanya, kata Reza, terkait dengan perlakuan korban dan pelaku semasa hidup. Pada kriteria pertama, korban dipastikan sempat mencederai perasaan pelaku sehingga menyebabkan amarah yang luar biasa hingga pelaku nekat memutilasi. Kriteria kedua tak memiliki hubungan signifikan dengan perlakuan korban dengan pelaku semasa hidup.

Mutilasi dipilih karena telah kepalang tanggung membunuh dan lebih untuk menghilangkan jejak. Reza mengatakan, untuk mengetahui hal itu, selain mencari identitas korban, polisi harus mulai berangkat mencari petunjuk dari luka sayatan yang ada di tiap potongan.

Menurut Reza, bentuk dan kondisi sayatan itu sangat penting untuk membuka kasus mutilasi tersebut. Mengapa di jalan tol? Reza memiliki analisis tersendiri terkait mengapa pelaku nekat membuang potongan mayat wanita tersebut di jalan tol. Menurut Reza, pelaku telah mengalami proses pembelajaran modus mutilasi, baik lantaran dia pernah melakukan sebelumnya maupun bisa juga pembelajaran melalui media massa. Namun, proses pembelajaran itu tak sempurna. Lokasi pembuangan potongan jasad itulah yang menjadi petunjuk ketidaksempurnaan pelaku.

"Pelaku bisa saja berasal dari Jakarta. Dia menuju lokasi pembuangan yang sudah direncanakan. Tapi, proses belajar tak sempurna membuat dia tidak cukup tenang untuk sampai ke lokasi yang dia tuju, Bantar Gebang, misalnya," kata Reza.

Sebelumnya diberitakan, enam potongan tubuh perempuan ditemukan di Tol Cikampek, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, arah Bekasi, Selasa subuh. Polisi memastikan perempuan tersebut adalah korban pembunuhan dengan cara dimutilasi. Potongan tubuhnya ditemukan di beberapa lokasi. Potongan kaki kanan ditemukan di jalur darurat Km 0+200, potongan tangan kanan ditemukan di jalur satu Km 1+200, potongan tangan kiri ditemukan di jalur satu Km 2+200, potongan kaki kiri ditemukan di jalur satu Km 2+300, potongan badan ditemukan di jalur satu Km 2+400, dan potongan kepala terbungkus plastik hitam di jalur dua Km 3+800.

Adapun bagian kelamin, bokong, dan jantung korban pun belum diketahui keberadaannya. Korban diduga masih berusia sekitar 25 hingga 30 tahun, berkulit sawo matang, serta memiliki tinggi badan sekitar 160 sentimeter. Rambutnya tampak panjang sebahu, berhidung pesek, memiliki wajah bulat, serta memiliki jempol kaki kiri yang diwarnai cat kuku berwarna hitam.

Berita terkait, baca :

MUTILASI DI TOL CIKAMPEK

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com