Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Peremajaan Kereta Tidak Ada

Kompas.com - 13/05/2013, 03:14 WIB

Dia tidak menutup kemungkinan, kereta yang digunakan untuk commuter line bisa diberi subsidi apabila pemerintah menghendaki. Dengan begitu, akan ada peningkatan pelayanan bagi pengguna KRL.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Tundjung Inderawan belum bisa diwawancarai tentang KRL ekonomi ini. Dalam pesan singkat, dia mengatakan tengah berada di luar.

Bagi sebagian pekerja komuter, KRL ekonomi merupakan pilihan yang paling masuk akal. Selain waktu tempuh yang singkat, harga tiket kereta ekonomi ini paling murah. Tarif KRL ekonomi saat ini sekitar 20 persen dari tarif commuter line. Tarif KRL ekonomi tidak pernah naik dalam kurun 10 tahun terakhir.

Adapun jadwal perjalanan yang semula dilayani KRL ekonomi, diganti dengan commuter line.

Maksimalkan kereta

Secara terpisah, pengamat perkeretaapian, Taufik Hidayat, menilai, KRL memiliki daya saing berupa waktu tempuh yang cepat sehingga banyak diandalkan pekerja komuter.

”Frekuensi perjalanan KRL ini sangat tinggi. Karena itu, gangguan harus dihindari agar tidak mengganggu perjalanan kereta lain. Karena itu, sarana dan prasarana harus andal,” katanya.

Keandalan sarana, menurut Taufik, harus didukung dengan ketersediaan kereta cadangan sehingga jika terjadi gangguan sarana, kereta bisa segera diganti. ”Kalau tidak ada kereta pengganti, yang terjadi, penumpang masuk semua ke kereta yang tiba berikutnya meskipun beda kelas,” ujarnya.

Di sisi lain, ada juga kebutuhan untuk meningkatkan pelayanan, seperti membuat pendingin ruangan di kereta berfungsi baik.

Adapun keandalan prasarana harus didukung ketersediaan anggaran. Biaya perawatan prasarana, seperti rel dan sinyal yang merupakan barang milik pemerintah, selama ini dibebankan kepada operator, yakni PT KAI. Untuk biaya perawatan prasarana, dalam setahun mencapai Rp 1,7 triliun.

Seluruh biaya yang dikeluarkan operator akhirnya dibebankan ke produk lewat harga tiket. Ini yang membuat tiket kereta mahal. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com