Chiangmai, Kompas -
Hal itu tertuang dalam Thailand Rice Convention 2013, Senin (27/5), di Convention Hall Chiangmai, Thailand, seperti dilaporkan wartawan Kompas,
Dalam konvensi, beberapa negara eksportir beras, seperti Thailand, Myanmar, dan Kamboja, bertekad meningkatkan ekspor beras mereka. Terutama menuju cita-cita ASEAN Economic Community akhir tahun 2015, yang salah satunya adalah kerja sama bidang pertanian. Negara negara anggota ASEAN lain diharapkan mendukung cita-cita untuk menjadi pusat beras dunia.
”Negara-negara ASEAN berpotensi menjadi pusat beras di Asia bahkan dunia. Awalnya mungkin hanya ada Thailand dan Vietnam yang menjadi negara utama pengekspor beras. Namun bukan tidak mungkin negara ASEAN lain bisa melakukan hal serupa. Terbukti, Kamboja dan Myanmar juga sudah menjadi eksportir beras,” kata Presiden Perwakilan Dagang Thailand dan Penasihat Perdana Menteri Thailand, Dr Olarn Chaipravat.
Thailand menjadi salah satu pengekspor beras terbesar di Asia Tenggara, sekitar 6,5 juta ton beras di tahun 2012. ”Tahun ini, diharapkan kami menjual 7-8 juta ton beras,” ujar Olarn. Pasar ekspor terbesar Thailand adalah China dan negara di Afrika.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso yang menjadi salah seorang panelis dalam konvensi beras tersebut menegaskan, ekspor beras juga perlu dipikirkan oleh Indonesia, khususnya untuk jenis-jenis premium yang dibutuhkan negara-negara maju di Amerika, Eropa, dan Jepang. Namun, saat ini fokus utama Indonesia adalah memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.
”Cita-cita menjadikan ASEAN penyuplai beras dunia memang ada peluang. Namun kebutuhan beras dalam negeri harus terpenuhi. Diversifikasi pangan nonberas harus tepat sasaran, bukan gandum, tetapi produk lokal seperti singkong,” ujar Sutarto.
Saat ini produksi beras Indonesia hanya 40 juta ton per tahun. Adapun konsumsinya mencapai 37 juta ton per tahun.