Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Titik Macet akibat PKL dan "Ngetem" yang Harus Ditertibkan Jokowi

Kompas.com - 04/06/2013, 22:11 WIB
Neli Triana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat transportasi, Darmaningtyas, gembira karena akhirnya Pemprov DKI Jakarta berani menertibkan PKL dan angkutan umum yang ngetem sembarangan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Beberapa saat setelah Joko Widodo dan Basuki dilantik jadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Darmaningtyas mengirimkan surat terbuka yang menganjurkan agar Pemprov DKI memulai langkah mengatasi macet dengan membereskan kemacetan di Pasar Minggu, Kramat Jati, Jatinegara, dari Jalan Jatinegara Timur hingga depan Stasiun Jatinegara, Jalan Diponegoro depan RSCM, dan kawasan Tanah Abang.

Menurut Darmaningtyas, modus penyelesaian di tiap kawasan tersebut memiliki persamaan. Di Pasar Minggu, pedagang yang menduduki jalan diarahkan ke dalam lingkungan pasar. Beton-beton yang ditaruh di jalan dan menyita badan jalan harus disingkirkan. Program penertiban PKL ini dapat diserahkan menjadi tanggung jawab lurah setempat dan polisi.

"Para lurah di Jakarta itu sudah diinstruksikan untuk mulai mendata jumlah PKL, jadi tinggal nunggu komando Pak Jokowi saja," katanya.

Penertiban di Kramat Jati juga sama. Kalau pagi hari, terang Darmaningtyas, kemacetan itu terjadi dari arah PGC (Pusat Grosir Cililitan) ke Pasar Rebo karena trotoar di sisi kiri dipakai untuk pedagang ikan sehingga dampaknya pembeli harus berhenti di badan jalan. Kalau sore hingga malam hari, kemacetan terjadi di sisi kiri dari arah Pasar Rebo ke PGC karena pedagang sayuran menggelar dagangannya. Padahal, jalan di Kramat Jati itu terbatas.

Di Jatinegara, jelasnya, sumbatan arus lalu lintas berada di Lapangan Urip Sumoharjo hingga depan Stasiun Jatinegara. Di depan stasiun banyak bajai, ojek, dan mikrolet ngetem menunggu penumpang. Ini bisa diatasi dengan cara bekerja sama dengan PT KAI. Darmaningtyas mengusulkan agar pintu keluar stasiun dipecah jadi dua, sisi kanan (barat) yang ada saat ini dan sisi kiri (timur), sehingga angkutan umum yang ngetem itu bisa bergeser sedikit ke timur. Badan jalan di sisi timur agak longgar, jadi tidak mengganggu pemakai jalan yang lain. "Tempatkan petugas Dishub untuk membantu menertibkan di sana sebab keberadaan polisi di sana tidak optimal," kata dia.

Persoalan di Jalan Diponegoro depan RSCM, menurutnya, juga sama; macet karena trotoar dipakai PKL dan jalan yang sudah sempit dipasangi beton pembatas. Perlu ada kerja sama dengan pihak RSCM dan dua kampus yang berada di seberang RSCM, yaitu Universitas Kristen Indonesia dan Universitas YAI untuk menampung PKL. Ia juga mengusulkan agar ada petugas Dishub dan Satpol PP di sana setiap hari untuk mengawasi agar trotoar tidak digunakan untuk berjualan dan tidak ada bajaj, taksi, ataupun ojek yang ngetem.

"Yang penting harus konsisten aturan ini ditegakkan. Jangan hangat-hangat tahi ayam," kata Darmaningtyas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com