Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terima Uang Kembalian, Penumpang Kereta Kaget

Kompas.com - 01/07/2013, 09:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com —
Penerapan kebijakan tarif baru yang dimulai lebih cepat dari rencana semula, 1 Juli 2013, mengejutkan para penumpang KRL commuter line, Minggu (30/6/2013).

Sejumlah penumpang yang menggunakan jasa KRL commuter line mengaku kaget karena tarif commuter line dari Stasiun Kranji (Bekasi)- Bojong Gede (Bogor), yang biasanya Rp 17.000, kini hanya Rp 5.000.

"Senang banget. Lebih murah Rp 12.000 dari biasanya yang saya bayarkan. Mudah-mudahan tarif murah ini diberlakukan seterusnya,” ujar Yati (30), penumpang KRL commuter line KRL.

Bahkan, sejumlah penumpang lain mengaku hampir tidak percaya dengan tarif yang harus dibayarkan. "Saya naik dari Stasiun Bekasi sampai Stasiun Karet hanya membayar Rp 3.000. Sebelumnya saya harus bayar Rp 8.500. Saya kaget juga. Kok murah banget," ujar Eri (40), warga Bekasi Timur.

Eri yang mengobrol dengan beberapa penumpang lainnya mengakui bahwa banyak penumpang yang terkejut dengan tarif murah ini. "Tadi, saya ngobrol, yang naik dari Stasiun Kranji ke Stasiun Juanda, hanya bayar Rp 3.500 dari sebelumnya Rp 8.500," tutur Eri.

Semula, persisnya pada bulan Januari 2013, PT KAI mewacanakan akan memberlakukan tarif progresif. Dalam tarif progresif itu, akan diberlakukan tarif untuk lima stasiun pertama sebesar Rp 3.000. Selanjutnya untuk tiga stasiun berikutnya hanya dikenakan Rp 1.000.

Rencananya tarif progresif itu akan diberlakukan pada Juni 2013. Namun dalam perkembangannya, penerapan tarif progresif itu diundur hingga 1 juli 2013.

Namun, di tengah-tengah situasi tak menentu, apalagi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan akhirnya memberikan subsidi kepada pengguna KRL sehingga tarifnya berubah menjadi lebih murah.

Sebelumnya, Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Muhartono mengatakan, Ditjen Perkeretaapian sudah mengetuk palu terkait subsidi untuk KRL commuter line yang melayani KRL lintas Jabodetabek. Muhartono menegaskan, subsidi itu digelontorkan oleh Ditjen Perkeretaapian.

Muhartono mengatakan, dengan pemberlakukan tarif baru ini, maka penumpang KRL commuter line yang naik dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Jakarta Kota hanya perlu membayar 5.000. Sebelumnya, tarif Bogor-Kota sebesar Rp 9.000.

Lebih lanjut, Muhartono menjelaskan, di pola subsidi baru yang disesuaikan dengan sistem tarif progresif atau tarif per jarak KRL yang ditetapkan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, pengelola KRL commuter line membuat aturan nantinya untuk jarak terdekat atau lima stasiun pertama disubsidi sebesar Rp 1.000.

Lalu subsidi untuk stasiun sesudah itu adalah Rp 500, sedangkan untuk penumpang yang tujuannya stasiun terjauh disubsidi Rp 4.000. Makanya lantaran digelontorkannya subsidi tersebut, PT KCJ akhirnya merubah nilai tarif progresif beberapa waktu lalu.

Misalnya, lanjut Muhartono, tarif untuk lima stasiun pertama yang dipatok Rp 3.000, diturunkan menjadi Rp 2.000. Lalu tiga stasiun berikutnya setelah lima stasiun pertama yang tadinya diberi penambahan tarif Rp 1.000 berubah menjadi Rp 500 saja. Kemudian tarif terjauh Bogor-Jakarta Kota yang tadinya Rp 9.000 diturunkan jadi Rp 5.000.

Uji coba

Para penumpang KRL commuter line mengaku senang dengan diberlakukannya tarif baru. progresif pada Minggu (30/6/2013). Fina (30) yang naik Stasiun Depok Baru hanya membayar Rp 3.000 untuk sampai di Stasiun Cawang. “Awalnya saya siapkan uang Rp 20.000 untuk beli dua tiket. Saya pikir masih Rp 8.000, tapi kok kembaliannya banyak banget. Jadi, saya cuma bayar Rp 6.000 untuk berdua,” ujarnya saat ditemui Warta Kota, Minggu (30/6/2013).

Menurut Fina, sistem ini lebih bijaksana karena penumpang membayar sesuai jarak. "Biasanya saya juga naik di Stasiun Tanjung Barat dan turun di Stasiun Depok Baru, bayarnya Rp 8.000. Kalau begini kan saya bisa ngirit ongkos,” ujar Fina.

Namun Fina berharap, kebijakan ini tidak mengurangi mutu KRL. "Saya berharap KRL bisa lebih tepat waktu dan pendingin udaranya lebih sejuk," ujar Fina.

Penumpang lain KRL, yakni Andi Sapto Nugroho (27), juga mengaku senang dengan penerapan tarif baru ini. "BBM naik, kalau naik motor jauh dan capek, naik KRL lebih murah, kenapa nggak dari dulu seperti ini, ini namanya top,” ujarnya. Menurut Andi, dirinya biasanya naik dari Stasiun Depok dan turun di Stasiun Duren Kalibata, sebelumnya tarifnya Rp 10.000. Sekarang cuma bayar Rp 3.000. Lumayan hemat Rp 5.000," kata Andi.

Sementara itu Juru bicara PT KAI Commuter Jabotabek Eva Chairunisa mengatakan, pelaksanaan tarif progresif sedang diuji coba, Minggu (30/6/2013). "Uji coba berlangsung lancar. Kami informasikan bahwa tarif progresif berlaku pada penjualan melalui kartu elektronik dan tidak berlaku saat penjualan menggunakan tiket kertas,” ujarnya.

Eva menjelaskan, saat ini ada tiga desain berebeda untuk kartu single trip (satu perjalanan). Kartu pertama desain bergambar KRL commuter line warna merah atau yang sudah beredar. Kemudian gambar KRL commuter line warna hijau yang dulu dipakai untuk KRL ekonomi, dan desain ketiga, tanpa gambar KRL, tapi bertuliskan single trip warna coklat emas. Ketiga kartu tersebut bisa digunakan untuk perjalanan KRL. (hes/ote/sab/suf)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Megapolitan
Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com