Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Pertanyakan Pendapat Basuki soal UMP Rp 4 Juta

Kompas.com - 02/07/2013, 14:15 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pengupahan DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, mengatakan, standar upah minimum pekerja di Jakarta sudah sesuai dengan kebutuhan layak warga Jakarta. Upah itu disesuaikan dengan tenaga kerja yang baru bekerja dan nol pengalaman.

Hal itu disampaikannya terkait pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang mewacanakan untuk memberikan standar UMP sebesar Rp 4 juta kepada pekerja yang sudah berkeluarga. Menurut Sarman, UMP yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun ini sudah disesuaikan dengan aturan dan kebutuhan layak pekerja. UMP ini dibuat berdasarkan pekerja yang belum berpengalaman.

"Buat mereka yang sudah berkeluarga itu, saya yakin enggak mungkin kena standar UMP lagi. Orang yang sudah berkeluarga, pasti sudah punya pengalaman banyak dan sudah lama bekerja, pasti gajinya di atas Rp 4 juta," kata Sarman kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (2/6/2013).

Sarman menjelaskan, standar UMP DKI sebesar Rp 2,2 juta tahun ini merupakan gaji pokok. Jika ditambah dengan tunjangan-tunjangan lain yang diberikan perusahaan kepada pekerja, gaji yang diterima sudah melebihi dari angka Rp 4 juta.

Wakil Ketua Kamar Dagang DKI itu mengatakan, para pekerja juga mendapatkan tunjangan untuk makan, transportasi, kesehatan, tunjangan hari raya, pensiunan, lembur, dan asuransi. Komponen pendidikan tidak dimasukkan dalam penghitungan UMP karena pemerintah telah memberikan jaminan pendidikan gratis kepada masyarakat.

Intinya, Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya itu menyebutkan, ada aturan dan perhitungan berdasarkan survei dalam proses penetapan UMP. Setelah nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) selaras dengan nilai inflasi, produktivitas, dan peningkatan tenaga kerja, maka pengusaha dan pemerintah bersama-sama dapat menetapkan UMP.

"Semua itu sudah ada aturannya. Sebenarnya dasar Pak Wagub menyebut Rp 4 juta itu dari mana? Karena, kemarin UMP Rp 2,2 juta saja sudah banyak pengusaha yang kelimpungan dan ingin pindah dari Jakarta. Pasti akan memunculkan banyak pengangguran," kata Sarman.

Ia menyebutkan, penggunaan standar UMP itu tergantung pada gaya hidup para masyarakat. Apabila para pekerja itu menggunakan upah mereka secara boros, maka ia akan selalu merasa upah yang mereka terima tidak pernah cukup. Pemerintah bersama Dewan Pengupahan tak dapat mengukur kebutuhan masing-masing pekerja karena semua itu tergantung oleh para pekerja yang mengelola pengeluarannya masing-masing.

Sarman menyebutkan, UMP yang ditetapkan saat ini plus berbagai tambahan tunjangan, jumlahnya sudah jauh melebihi dari angka Rp 4 juta. "Gampangnya begini saja, Pak Ahok (panggilan akrab Basuki) gaji pokoknya sekitar Rp 3 juta, tapi tunjangannya? Nah, tunjangannya itu yang banyak banget. Buruh juga begitu, mereka dapat bonus kalau target perusahaan tercapai, dapat THR senilai satu bulan gaji sama tunjangan-tunjangan lainnya," kata Sarman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

    Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

    Megapolitan
    Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

    Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

    Megapolitan
    Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

    Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

    Megapolitan
    Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

    Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

    Megapolitan
    Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

    Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

    Megapolitan
    Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

    Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

    Megapolitan
    Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

    Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

    Megapolitan
    Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

    Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

    Megapolitan
    Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

    Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

    Megapolitan
    Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

    Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

    Megapolitan
    Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

    Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

    Megapolitan
    Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

    Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

    Megapolitan
    Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

    Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

    Megapolitan
    Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

    Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

    Megapolitan
    Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

    Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

    Megapolitan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com