Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKL dan Satpol PP Kucing-kucingan di Pasar Minggu

Kompas.com - 06/07/2013, 01:37 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Otak tikus memang bukan otak udang. Kucing datang tikus menghilang". Begitu kata Iwan Fals melalui lagu "Tikus-tikus Kantor".

Meski bertema korupsi, lagu itu juga relevan untuk menggambarkan hubungan antara pedagang kaki lima (PKL) dan petugas Satpol PP, yang tampak di Pasar Minggu pada Jumat (5/7/213).

PKL Pasar Minggu sudah ditertibkan sekitar awal Juni 2013. PKL yang tadinya berjualan di pinggir jalan dipindahkan ke tempat yang disediakan Pemprov DKI di dalam pasar (lokasi binaan) supaya jalan dan trotoar bisa sepenuhnya digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.

Namun, pada Jumat (5/7/2013), tampak PKL menggelar dagangannya di trotoar Jalan Raya Ragunan yang mengarah ke Jalan Raya Pasar Minggu dan jalan masuk terminal.

"Ya mau gimana, di sana enggak laku. Orang yang beli kan maunya yang gampang, mudah didatengin. Ya di sini (trotoar) tempatnya," ujar seorang PKL, Soraya (43).

Soraya dan sejumlah pedagang lain memindahkan barang dagangan dari lokasi binaan ke pinggir jalan saat petugas beristirahat siang.

Ketiadaan petugas di lokasi juga dimanfaatkan sopir-sopir angkutan umum menunggu penumpang di luar terminal.

Aktivitas jual-beli PKL dan naik-turun penumpang angkutan umum membuat ruang untuk kendaraan dan pejalan kaki berkurang. Lalu lintas pun tersendat.

Lalu lintas berangsur-angsur lancar setelah delapan orang petugas Satpol PP datang ke lokasi pada sekitar pukul 14.30 WIB.

Menurut seorang petugas Satpol PP, Wahyudi, pihaknya setiap hari kucing-kucingan dengan PKL dan sopir angkutan umum pada saat istirahat siang atau shalat Jumat.

"Iya nih, memang selalu kayak gini. Setiap hari ya gini-gini aja. Ini lagi kita usahain buat menertibkan lagi," ungkap Wahyudi.

Ketua Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono sejak awal mengetahui, untuk membuat kawasan Pasar Minggu tertib, bukan cuma PKL dan angkutan umum yang perlu diatur, melainkan juga masyarakat. Menurut Pristono, selain mulai menertibkan PKL dan angkutan umum, pihaknya telah menyiapkan konsep untuk "mendidik" masyarakat.

"Kebiasaan mereka (PKL) dagang di jalan karena pembeli mau cepat. Jadi, masyarakat harus dibentuk, pembentuknya kita siapkan, ya itu melalui estate management," kata Udar di sela-sela kegiatan penertiban pada awal Juni 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com