Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada "Bau" Tak Sedap pada Kasus Penembakan Sukardi

Kompas.com - 12/09/2013, 20:15 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar Psikologi Forensik dan juga dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian atau PTIK, Reza Indragiri Amriel, menengarai ada kejanggalan dalam kasus penembakan terhadap Aipda (anumerta) Sukardi, anggota Provos Polairud Baharkam Mabes Polri. Ia mempertanyakan konteks keberadaan Sukardi saat aksi penembakan sadis tersebut terjadi, Selasa (10/9/2013).

"Sejak kapan Provos punya tugas mengawal truk pengangkut barang? Apa itu inisiatif si Provos sendiri alias cari obyekan?" ujar Reza kepada Kompas.com pada Kamis (12/9/2013).

Reza mengungkapkan, sebagai partner kepolisian, secara personal pertanyaan-pertanyaan seputar kejanggalan tersebut telah diajukan ke petinggi Mabes Polri. Namun, ia tak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari para pejabat itu.

"Mereka terperanjat. Di balik kasus penembakan ternyata ada bau-bau enggak jelas," lanjutnya.

Reza mengungkapan rasa duka yang mendalam atas kematian tragis yang dialami korban. Namun, di sisi lain, ia tetap harus mengingatkan kepolisian untuk menjadikan momentum kasus tersebut sebagai ajang bersih-bersih institusi dari praktik ilegal.

Dengan kata lain, lanjut Reza, Polri tidak hanya melakukan penyelidikan terkait siapa pelaku penembakan, tapi harus ikut melaksanakan juga penyelidikan soal keberadaan Sukardi di sana.

"Lah wong indikasi penyimpangan kok dibiarkan. Justru aneh dan salah kalau tidak diselidiki," tegasnya.

Kronologi Rekaman CCTV

Peristiwa penembakan terhadap Aipda (anumerta) Sukardi terjadi persis di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada Selasa (10/9/2013), sekitar pukul 22.15 WIB. Dalam rekaman terlihat Sukardi mengendarai Honda Supra 125 R warna hitam bergaris merah bernomor polisi B 6671 TXL berada di jalur lambat Jalan HR Rasuna Said, depan Gedung KPK.

Posisi Sukardi tepat di depan iring-iringan pararel enam kontainer pengangkut kayu dan besi di jalur lambat yang mengarah ke Mampang Prapatan, dekat depan pintu masuk Gedung KPK.

Kemudian, dari sisi kanan jalur lambat, bergerak satu motor Honda Supra dengan seorang pengendara berbaju merah. Motor tersebut lantas berhenti di depan Gedung KPK. Lalu, dari belakang iring-iringan truk, tampak menyalip dua motor bebek lagi. Satu motor tampak berboncengan, sedangkan satu lainnya dikendarai seorang diri.

Saat motor bebek yang berboncengan menyalip, tampak pembonceng menembakkan peluru ke arah Sukardi sebanyak dua kali. Saat itulah Sukardi terjatuh, tetapi masih bernapas dan menggerakkan anggota tubuhnya, dengan posisi telentang, sementara darah mengucur dari tengah dada dan perutnya. Mobil kontainer yang dikawal Sukardi lantas berhenti. Namun, pengemudi kontainer tampak tidak berani turun dan melihat keadaan Sukardi.

Tidak sampai di situ, pengendara motor pertama yang berhenti di depan Gedung KPK dan mengenakan baju merah terlihat turun dari motor dengan santai. Dia kemudian berjalan menghampiri Bripka Sukardi lalu menembakkan senjata ke arah dada anggota provos itu dari jarak dekat sehingga menewaskan Sukardi.

Pengendara motor ini pun terlihat mengambil pistol Sukardi. Dia lalu kembali ke motor dan bergegas pergi meninggalkan lokasi bersama dua motor lainnya. Tak lama kemudian, dari arah belakang, datang seorang perempuan yang tampak mengenakan helm putih mengendarai motor Mio warna merah.

Perempuan itu berhenti di depan Gedung KPK dan berteriak ke arah satpam KPK. "Polisi, polisi ketembak," kata perempuan itu sambil menunjuk ke arah Sukardi tergeletak. Sejumlah satpam KPK pun langsung menghampiri Sukardi sambil berkata kepada perempuan itu, "Kejar... Kejar...." Namun, sang perempuan itu terlihat panik lalu kembali mengendarai motornya.

Selanjutnya, satpam KPK menelepon petugas kepolisian. Petugas tiba di lokasi kejadian sekitar 5 menit kemudian. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com