Psikolog dari Universitas Indonesia, Wimarini Wilman, mengatakan, remaja saat ini masih dalam tahap mencari identitas. Mereka juga sangat mudah terpengaruh lingkungan.
"Saat ini, banyak remaja laki-laki yang memiliki motor dan kemudian motor itu dijadikan identitas hingga muncullah geng-geng motor. Nah, remaja wanita ikut terpengaruh teman-teman lelakinya. Jadilah "cabe-cabean". Remaja wanita itu ingin menunjukkan reputasinya dalam satu kelompok (geng motor) tersebut," kata Wimarini kepada Kompas.com, Rabu (2/4/2014).
Menurutnya, reputasi tidak hanya ditunjukkan melalui perilaku dan cara berpakaian, seperti bercelana pendek. Reputasi juga ditunjukkan melalui barang-barang yang biasa dipakai atau dimiliki teman sebayanya.
Dorongan untuk selalu ingin memiliki apa yang dimiliki teman-teman sebayanya inilah yang membuat "cabe-cabean" menjual dirinya.
"Mungkin mereka dapat informasi dari satu sumber bahwa ada satu cara yang bisa mendatangkan banyak uang dengan cepat, yaitu dengan menjual diri," katanya.
Selain itu, "cabe-cabean" ini bisa saja terpengaruh oleh artis yang ada di televisi. "Bukan berarti semua artis itu jelek. Tapi, kan kalau kita lihat di infotainment, kan kelakuan artis begitu. Hidupnya glamor. Hal ini kalau ditonton mereka bisa mereka jadikan contoh juga," tuturnya.
Oleh karena itu, Wimarini berharap bukan hanya orangtua dan guru yang berperan aktif dalam mencegah meluasnya "cabe-cabean", melainkan juga seluruh lapisan masyarakat. Orangtua jangan hanya menasihati atau memberi wejangan soal nilai-nilai agama, tetapi juga harus mencontohkan dalam bentuk perilaku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.