Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawasan Pasar Tanah Abang Macet Lagi

Kompas.com - 09/05/2014, 11:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Sudah beberapa hari ini kemacetan di sekitar Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, semakin menggila. Para pengguna kendaraan butuh satu jam untuk menembus kawasan ini.

Pantauan Warta Kota, Kamis (8/5/2014), kemacetan terjadi mulai pukul 09.00 sampai pukul 16.00. Kendaraan roda empat dan roda dua terlihat memadati kawasan pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara itu. Bunyi klakson kendaraan memekakkan telinga karena saling berebutan menghindari macet.

Kemacetan dari arah Kebon Jati menuju depan Pasar Blok A dan Blok B Tanah Abang, Jalan Fachrudin, sepanjang satu kilometer. Sedangkan kemacetan di Jalan Jati Bunder di depan Stasiun Tanah Abang menuju ke arah Pasar Blok A dan Blok B sampai dua kilometer.

Angkutan umum dan bus-bus ngetem di sembarang tempat. Aktivitas masyarakat dan pekerja yang membawa troli barang dagangan hilir mudik di sekitar jalan raya Pasar Tanah Abang. Sementara di pos terpadu di depan kantor Pemadam Kebakaran tidak terlihat petugas Dishub yang bertugas. Pengeras suara pun tidak terdengar dari pos tersebut.

Jelang puasa

Seorang tukang ojek di Pasar Blok G Tanah Abang yang menolak disebutkan namanya mengatakan, kemacetan terjadi setiap hari. Pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu, kemacetan sudah terjadi sejak pukul 08.00 sampai 17.00.

"Pusat macetnya ada di Pasar Blok A. Soalnya, sekarang sudah enggak dijaga petugas Dishub. Mereka cuma duduk di dalam pos saja," kata pria yang tinggal di kawasan Jati Bunder kepada Warta Kota.

Pria yang sudah 10 tahun bekerja sebagai tukang ojek itu menuturkan, pembongkaran PKL tidak berpengaruh terhadap kemacetan yang terjadi di Tanah Abang. Apalagi jelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah, masyarakat berbondong-bondong mencari pakaian.

Hendra menambahkan, sepertinya tidak ada solusi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pendapatan menurun

Adam (43), sopir Mikrolet M-09 Tanah Abang-Kebayoran Lama, mengeluhkan kemacetan di Tanah Abang. "Macetnya bisa satu jam. Parahnya lagi Sabtu dan Minggu, macetnya dari RS Pelni," kata pria yang baru setahun bekerja sebagai sopir angkot.

Tak ayal, karena terjebak macet, Adam kehilangan satu rit perjalanan. Biasanya dia sanggup membawa angkot lima rit dengan pendapatan Rp 150.000 per hari. "Satu rit ruginya bisa empat puluh ribu rupiah," tuturnya.

Kerahkan personel

Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lalu Lintas Sudin Perhubungan Jakarta Pusat Harlem Simanjuntak mengatakan, kemacetan di Tanah Abang terjadi karena pengunjung semakin banyak sehingga puluhan kendaraan menumpuk di kawasan tersebut. "Apalagi mau menjelang puasa," ucap Harlem.

Untuk mengantisipasi kemacetan, sebanyak 25 personel Dishub disiagakan setiap hari di kawasan Tanah Abang. Personel itu ditambah dari pihak Terminal 16 orang.

Terkait laporan warga yang mengatakan para petugas Dishub hanya duduk di dalam pos, kata Harlem, pihaknya sudah menginstruksikan anak buahnya untuk menjaga arus lalu lintas di kawasan Pasar Tanah Abang. (bin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Casis Bintara Dibegal saat Berangkat Psikotest, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Casis Bintara Dibegal saat Berangkat Psikotest, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Megapolitan
Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Megapolitan
Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati 'Pak Ogah' Hingga Oknum Polisi

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati "Pak Ogah" Hingga Oknum Polisi

Megapolitan
Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Megapolitan
Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang 'Random'

Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang "Random"

Megapolitan
Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Megapolitan
Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Megapolitan
Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Megapolitan
Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Megapolitan
Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Megapolitan
Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com