”Misalnya, kejahatan pelaku hanya ’meraba-raba’, tidak sampai terjadi persetubuhan. Kalau sampai terjadi, apalagi berkali- kali, kasusnya akan terus disidik,” ujar Rikwanto.
Minimnya lahan
Minimnya lahan menyebabkan pihak sekolah harus pintar- pintar mengatur waktu, jadwal, dan halaman agar anak bisa berolahraga sekaligus bermain. Tak jarang, fasilitas jalan juga dipakai saat ruang di sekolah tak memadai dan ruang terbuka di sekitar sangat kurang.
Di SMP 13, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, misalnya, ada 850 anak yang terbagi dalam 24 kelas. Pihak sekolah harus mengatur jadwal pelajaran dengan baik dan memanfaatkan halaman sekolah dengan cerdas. Halaman yang juga menjadi lapangan upacara setiap Senin juga menjadi lapangan basket, bulu tangkis, futsal, dan voli.
Hal senada disampaikan Kepala SMP 8, Jakarta Pusat, Bambang Sugianto. Menurut dia, jika sekolah memiliki sarana bermain dan berolahraga yang cukup, hal itu membuat anak lebih senang berada di sekolah.
Tingginya aktivitas dan kesibukan di sekolah, kemungkinan besar peserta didik melakukan hal-hal yang menyimpang jadi berkurang. Dengan demikian, bolos dan tawuran bisa ditekan.
Tersedianya ruang bermain yang nyaman dan cukup, tambah dia, sekolah mampu membuat berbagai kegiatan ekstrakurikuler. ”Dengan kegiatan-kegiatan ekstra itu, anak mempunyai ruang untuk berekspresi, sekaligus mengembangkan bakatnya,” kata Bambang. (MDN/NEL/RTS/RAY/a10)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.