Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak SBY, Bagaimana Janjimu kepada Korban Sinabung?"

Kompas.com - 20/06/2014, 11:07 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Aksi mogok makan dilakukan tiga orang korban erupsi Gunung Sinabung di depan Istana Negara, tepatnya di atas trotoar sisi silang Monumen Nasional (Monas) tenggara, Jakarta Pusat. Ketiganya sudah empat hari melakukan aksi mogok makan.

Menurut Koordinator Lapangan Gerakan Muda Penyelamat Karo (GMPK) Julianus Sembiring, mereka adalah perwakilan dari seluruh korban Sinabung yang menuntut janji Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk memenuhi lima janji yang telah disampaikan saat mengunjungi korban pengungsian di Karo, Medan, Sumatera Utara.

Mereka juga meminta SBY segera menetapkan keputusannya mengingat sudah lebih dari 30 hari usul pemberhentian Bupati Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti, tak direspons.

"Intinya, mereka melakukan aksi ini untuk mendesak Presiden menetapkan keputusan presiden (keppres) atas pemberhentian Bupati Karo. Mengapa Bupati itu sampai sekarang masih menjabat?" kata Julianus kepada Kompas.com, Jumat (20/6/2014).

Julianus mengatakan, aksi ketiganya dilakukan sebagai simbol rasa sakit korban Sinabung. Ketiganya, kata Julianus, menunggu tanggapan dari SBY dengan memperjuangkan 15.000 penduduk yang masih jadi pengungsi.

Ketiga orang tersebut ialah Odesmon Bangun dan Ilban Bangun dari mahasiswa Fakultas Teknik Listrik Institut Teknologi Medan (ITM), yang orangtuanya menjadi korban Sinabung, serta Budi Brema Semiring dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lumbung Informasi Rakyat (Lira) Kabupaten Karo.

Mereka, kata Julianus, datang ke Jakarta dengan menumpang truk pengangkut jeruk dari Karo. Sebab, jumlah uang ketiganya hanya Rp 300.000. Dalam perjalanan selama beberapa hari pun, mereka diberi makan oleh sopir truk.

Spanduk yang terpajang di dekat mereka saja itu didapat atas dasar dukungan dari forum mahasiswa Karo dan GMPK. Julianus menambahkan, aksi keras mereka yang tak memikirkan kesehatan itu membuatnya membelikan tenda bekas di Jatinegara untuk tempat berteduh di tepi taman Monas pada malam hari. Sebab, mulai dari LSM, DPRD, sampai polisi yang bertugas tidak ada yang mampu menyuruh mereka pindah. Mereka pun menuruti aturan aksi tidur di trotoar pukul 06.00-17.00 WIB.

Pada Rabu malam, kata Julianus, DPRD Karo menemui ketiganya dan mau membiayai mereka pulang dengan pesawat. Namun, ketiganya menolak dan bersikeras menunggu keppres tersebut keluar baru mau kembali ke Karo.

"Mereka tulus bilang kalau kehilangan nyawa juga enggak apa-apa, Bang. Sampai sakit pun kita berjuang buat Karo. Padahal, tuh polisi juga sudah marahin, tapi mereka tetap ngotot mogok makan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Delapan Juru Parkir di Jakbar Dibawa ke Kantor Dishub, Diminta Bikin Surat Tak Jadi Jukir Lagi

Delapan Juru Parkir di Jakbar Dibawa ke Kantor Dishub, Diminta Bikin Surat Tak Jadi Jukir Lagi

Megapolitan
Jukir di Minimarket Dilarang, Bagus Bakal Beralih Jadi Ojol “Full Time”

Jukir di Minimarket Dilarang, Bagus Bakal Beralih Jadi Ojol “Full Time”

Megapolitan
Pengakuan Jukir Minimarket Tebet: Saya Setor ke Oknum yang Pegang Wilayah Sini...

Pengakuan Jukir Minimarket Tebet: Saya Setor ke Oknum yang Pegang Wilayah Sini...

Megapolitan
Simulasi Pendapatan Parkir Liar di Jakarta, Bisa Raup Rp 1,28 Miliar Per Hari

Simulasi Pendapatan Parkir Liar di Jakarta, Bisa Raup Rp 1,28 Miliar Per Hari

Megapolitan
Evaluasi 'Study Tour', DPRD Kumpulkan Para Kepala Sekolah di Kota Depok

Evaluasi "Study Tour", DPRD Kumpulkan Para Kepala Sekolah di Kota Depok

Megapolitan
Sempat Dilaporkan Menghilang, Pria di Cakung Ditemukan Tewas di Kali Sodong Pulogadung

Sempat Dilaporkan Menghilang, Pria di Cakung Ditemukan Tewas di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Kaget Hendak Ditertibkan Dishub, Jukir Liar di Cengkareng Mengaku Ojek 'Online'

Kaget Hendak Ditertibkan Dishub, Jukir Liar di Cengkareng Mengaku Ojek "Online"

Megapolitan
Dua Hari Berturut-turut Kawasan Tanjung Priok Macet Total, Pelabuhan Didesak Atasi Antrean Kontainer

Dua Hari Berturut-turut Kawasan Tanjung Priok Macet Total, Pelabuhan Didesak Atasi Antrean Kontainer

Megapolitan
Jukir Liar di Minimarket Dilarang, Matsuri: Nanti Anak dan Istri Saya Makan Apa?

Jukir Liar di Minimarket Dilarang, Matsuri: Nanti Anak dan Istri Saya Makan Apa?

Megapolitan
Tak Langsung Ditindak, Jukir Liar yang Terjaring Razia Sudinhub Jakut Diminta Buat Surat Pernyataan

Tak Langsung Ditindak, Jukir Liar yang Terjaring Razia Sudinhub Jakut Diminta Buat Surat Pernyataan

Megapolitan
Sudah 2 Hari Macet Total di Tanjung Priok, Kapal dan Antrean Kontainer Diduga Jadi Biang Kerok

Sudah 2 Hari Macet Total di Tanjung Priok, Kapal dan Antrean Kontainer Diduga Jadi Biang Kerok

Megapolitan
Kadishub DKI Bakal Menindak Pengendara Motor yang Melintasi Trotoar di Matraman

Kadishub DKI Bakal Menindak Pengendara Motor yang Melintasi Trotoar di Matraman

Megapolitan
Kadishub DKI: Jukir Liar Bisa Dipenjara dan Didenda hingga Rp 20 Juta

Kadishub DKI: Jukir Liar Bisa Dipenjara dan Didenda hingga Rp 20 Juta

Megapolitan
Terjaring Razia, Jukir Liar di Minimarket Tebet: Saya Cuma Cari Uang untuk Sarapan

Terjaring Razia, Jukir Liar di Minimarket Tebet: Saya Cuma Cari Uang untuk Sarapan

Megapolitan
Terjaring Razia, Jukir Liar di Tebet Hanya Bisa Pasrah Diminta Berhenti dari Pekerjaannya

Terjaring Razia, Jukir Liar di Tebet Hanya Bisa Pasrah Diminta Berhenti dari Pekerjaannya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com