Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kertas Suara Kurang, Warga Pangkalan Jati Kecewa Tak Bisa Mencoblos

Kompas.com - 09/07/2014, 14:11 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Puluhan warga Kelurahan Pangkalan Jati, Depok, Jawa Barat, merasa kecewa karena tidak bisa menyalurkan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum Presiden 2014. Sebagian warga mengandalkan KTP untuk bisa ikut pemilu, tetapi kertas suara telah habis.

Jayadi, Panitia TPS 1 di Gang Sawo, Jalan Kramat, Kelurahan Pangkalan Jati, Cinere, Depok, mengatakan, jumlah kertas suara di tempat pemungutan suaranya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan di luar daftar pemilih tetap (DPT) dan daftar pemilih tambahan (DPTb). "Di kami hanya tersedia lima suara tambahan, ternyata yang mau nyoblos susulan banyak," kata Jayadi, Rabu (9/7/2014).

Jayadi mengatakan, panitia harus mendahulukan warga yang ada namanya tertera dalam DPT daripada mengalihkan kartu pemilih pada peserta dengan KTP. "Nanti, kalau yang namanya di DPT hadir dan surat suaranya tidak ada, kita yang bahaya," kata Jayadi.

Warga yang ditolak untuk mencoblos kemudian diarahkan ke TPS 2 dan 3 yang berdekatan dengan lokasi sebelumnya dan sesuai domisili KTP mereka. Namun, jawaban yang sama ditemui, kertas suara kurang dan warga kecewa.

"Waktu pemilu legislatif sebelumnya, jumlah surat suara cadangan lebih banyak. Kali ini jadi sulit menyalurkan aspirasi, padahal sudah menjadi warga bertahun-tahun di domisili," kata seorang warga bernama Latifah.

Pada 6 Juli 2009, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Pasal 28 dan 111 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dinyatakan tetap konstitusional selama mencakup para pemilih yang tak masuk dalam DPT ataupun DPTb. Artinya, hak suara tak hanya  diberikan oleh para pemilih yang masuk dalam DPT dan DPT tambahan, tetapi kepada semua warga negara yang memiliki hak pilih.

Putusan MK bernomor 102/PUU-VII/2009 tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa pemilih yang tak masuk DPT ataupun DPT tambahan bisa menggunakan KTP untuk memakai hak pilihnya. Setiap warga wajib melengkapi data diri dengan kartu keluarga dan hanya bisa memilih sesuai domisili.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Gak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Gak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Megapolitan
Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Megapolitan
Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com