JAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun beragam perbaikan telah diusahakan, penumpang pada jam sibuk di dalam angkutan umum massal, seperti kereta rel listrik dan bus transjakarta, masih dirasa terlalu padat. Jika bisa dibuat lebih nyaman, KRL dan bus transjakarta akan lebih menarik banyak peminat, apalagi jika kelak diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya.
Hasil jajak pendapat Litbang Kompas, Juni lalu, menunjukkan kondisi di dalam bus transjakarta dan KRL, yang juga sering disebut dengan commuter line, di daerah Ibu Kota pada jam berangkat dan pulang kantor sangat tidak nyaman. Sesaknya penumpang di pagi dan sore hari adalah faktor yang paling tidak memuaskan dari layanan kedua angkutan umum massal ini.
Jika dibandingkan, sesaknya penumpang di bus transjakarta lebih banyak dikeluhkan ketimbang kepadatan di dalam kereta.
Lebih dari separuh responden menilai penumpang di dalam halte dan bus transjakarta terlalu padat setahun terakhir. Selain di dalam bus, antrean panjang dan lama di halte bus transjakarta, terutama pada jam-jam sibuk, juga dikritik.
Saat ini, kapasitas setiap bus gandeng mampu menampung 160 penumpang dan bus single 85 penumpang. Kapasitas ini rupanya belum mampu mengangkut penumpang yang sudah telanjur berdesakan di halte-halte.
Selain kepadatan penumpang pada jam sibuk, ketidaktepatan jadwal juga mendapat sorotan. Sebanyak 56,8 persen peserta survei yang selama ini telah menggunakan bus transjakarta menyatakan tidak puas dengan bus yang sering terlambat datang. Ketidaksesuaian jadwal juga menjadi hal yang paling banyak dikeluhkan pengguna KRL.
Pembenahan angkutan umum massal sebenarnya sudah mulai dilakukan. Armada bus dan kereta sudah ditambah, diiringi dengan pengadaan angkutan pengumpan.
Pada KRL, kondisi fisik stasiun satu per satu dibenahi agar lebih rapi dan modern. Jadwal kereta dan harga tiket bahkan diubah untuk mencoba mendekati kebutuhan masyarakat.
Setahun yang lalu, tepatnya 1 Juli 2013, tarif KRL turun. Sejak itu, para penumpang commuter line dikenai tarif progresif bersubsidi, yaitu Rp 2.000 untuk lima stasiun pertama kemudian Rp 500 untuk tiap tiga stasiun selanjutnya. Dengan tarif ini, biaya yang harus disiapkan calon penumpang jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.
Apresiasi
Warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pun mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan untuk membuat layanan angkutan umum massal lebih baik. Sebagian besar responden menilai layanan bus transjakarta secara umum saat ini sudah baik, terutama dari segi tarif yang terjangkau.
Mayoritas peserta survei juga menganggap servis KRL sudah cukup baik, khususnya bangunan stasiun yang lebih rapi dan nyaman, serta tarif KRL yang lebih kini terjangkau.
Sayangnya, pembenahan transportasi massal yang sudah dilakukan, termasuk penambahan armada, sampai sekarang masih belum bisa mengurangi kepadatan penumpang, baik di dalam bus maupun kereta.
Salah satu sebabnya adalah seringnya angkutan massal terlambat datang. Ketika sebuah bus atau satu rangkaian kereta terlambat datang pada saat jam berangkat atau pulang kerja, penumpukan penumpang di halte atau stasiun kereta tak terelakkan. Tidak mengherankan, saat bus yang ditunggu datang, para calon penumpang akan berebut dan memaksakan diri masuk meski di dalam bus ataupun gerbong sudah penuh.
Dari sisi permintaan, terjadi peningkatan penumpang angkutan massal yang seharusnya dapat diantisipasi. Dalam setahun terakhir ini, jumlah penumpang kereta naik 200.000 penumpang per hari (Kompas, 4 Juni 2014). Fakta ini menjadi sinyal bahwa angkutan umum massal, terutama KRL komuter, semakin diminati.
Sayangnya, minat ini bisa pupus jika tak ada solusi untuk problem kepadatan penumpang yang berlebihan dan ketidaktepatan jadwal keberangkatan. Dua faktor inilah yang mendorong masyarakat kembali beralih naik kendaraan pribadi dan menjadi tidak tertarik lagi memanfaatkan angkutan umum massal.
Dari hasil jajak pendapat, terdapat sekitar 5 persen responden pengguna commuter yang beralih ke moda lain karena jadwal kereta yang ngaret dan selalu padat pada jam-jam sibuk.
Begitu pula yang terjadi dengan sebagian kecil pengguna transjakarta yang mengaku kapok. Antrean panjang dan sesak di halte, serta seringnya berdesak-desakan di dalam bus membuat Dewi (41) tak mau lagi naik bus transjakarta dan lebih memilih naik taksi atau mobil untuk beraktivitas sehari-hari.
”Desak-desakan, ngeri copet. Takut enggak bisa keluar dari bus,” keluhnya.
Cepat dan murah
Terlepas dari kondisi pada saat jam sibuk, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan untuk memoles kinerja angkutan massal telah menarik perhatian masyarakat. Tiga dari empat responden yang belum pernah memanfaatkan angkutan massal mengaku tergoda untuk menggunakan bus transjakarta dan kereta commuter. Alasan utamanya, kedua angkutan umum ini murah dan lebih cepat sampai ke tujuan dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Selain unggul dalam kecepatan dan harga, calon-calon penumpang ini menilai bus transjakarta dan KRL cukup aman dan nyaman. Bus transjakarta yang didesain untuk mampu mengangkut sekitar 100 orang sekaligus dilengkapi dengan AC dan tempat duduk yang nyaman. Demikian pula dengan gerbong-gerbong KRL.
Ketika nanti upaya integrasi antarmoda telah selesai dilakukan, peminat bus transjakarta dan KRL akan lebih banyak lagi. Delapan dari 10 responden dalam survei ini mengatakan akan mencoba angkutan massal jika penyatuan berbagai angkutan publik rampung, khususnya integrasi bangunan fisik dan tiket.
Atensi masyarakat ini haruslah dijadikan pendorong untuk cepat menemukan solusi mengurangi kepadatan penumpang di jam sibuk. Jangan sampai ketidaknyamanan ini memupus niat ataupun membuat kapok masyarakat Ibu Kota dan sekitarnya menggunakan bus transjakarta dan KRL.
Masyarakat masih berharap hadirnya angkutan umum massal murah tanpa harus tersiksa akibat penuh sesaknya penumpang. (M PUTERI ROSALINA DAN SUSANTI SIMANJUNTAK/ Litbang Kompas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.