Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Masih Jadi Momok Menakutkan

Kompas.com - 18/07/2014, 23:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 1-2 kejadian kebakaran melanda DKI Jakarta setiap hari pada musim kemarau yang basah ini. Menjelang mudik Lebaran, warga diharapkan meninggalkan rumah dengan keadaan aman agar kebakaran tidak terjadi di rumah yang ditinggalkan penghuninya.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Sebejo, Kamis (17/7), mengatakan, kebakaran masih menjadi momok menakutkan selama musim panas.

”Dari pengalaman tahun-tahun lalu, pada masa puasa dan Lebaran, terlebih pada musim kemarau, kebakaran masih terjadi. Untuk itu, setiap orang harus mengantisipasi agar kejadian tidak terulang,” ujarnya.

Dia berharap, warga yang akan meninggalkan rumah dalam keadaan kosong bisa menitipkan rumah ke tetangga atau kerabat. Dengan demikian, ada orang yang mengontrol kondisi rumah, termasuk jika ada kejadian yang berpotensi menyebabkan kebakaran.

Dari data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, kebakaran akibat hubungan pendek arus listrik masih mendominasi. ”Sekitar 60-70 persen kejadian disebabkan karena hubungan pendek arus listrik,” kata Sebejo.

Untuk mengurangi potensi kebakaran, peralatan listrik sebaiknya tidak dihubungkan dengan arus listrik saat tidak digunakan atau jika rumah kosong. Regulator gas juga sebaiknya dicopot.

Dia mengatakan, kebakaran sebagian besar terjadi di area perumahan. Sejak Januari hingga pertengahan Juli ini, sekitar 440 kasus kebakaran terjadi di seluruh wilayah Jakarta.

Sistem pencegahan

Secara terpisah, salah satu perusahaan penyedia peralatan pemadam kebakaran Gunnebo mengatakan, kesadaran orang untuk mencegah kebakaran secara dini semakin meningkat.

Hindra Kurniawan, Country Manager Gunnebo Indonesia, mengatakan, ada sistem pemadam kebakaran yang didesain sesuai dengan kebutuhan setiap tempat.

”Pangsa pasar produk pemadam kebakaran sangat besar. Tetapi, kami tidak punya badan yang bisa menyurvei semua. Secara kasat mata, potensi sangat besar. Sebab, yang punya kebutuhan tidak hanya perusahaan, tetapi semua lini. Rumah-rumah juga didorong untuk memiliki alat penanggulangan kebakaran,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin.

Andre Adrian, Business Area Fire Products Gunnebo Indonesia, mengatakan, idealnya setiap rumah harus memiliki alat pemadam kebakaran ringan atau tabung pemadam.

”Saat terjadi kebakaran, orang bingung mencari alat pemadam. Seketika itu juga api sudah membesar sehingga orang tidak bisa keluar, harta terbakar, bahkan nyawa menjadi korban,” ujarnya.

Karena itu, tabung pemadam bisa digunakan untuk memadamkan api yang masih kecil. Jika api sudah telanjur besar, tabung pemadam bisa dipakai untuk mematikan api saat penghuni berjalan menuju keluar rumah.

Pengguna dari segi konsumen perumahan hanya 10 persen. Sisanya adalah perusahaan, perkantoran, pergudangan, dan ritel.

Andre mengingatkan, pemalsuan tabung, baik isi maupun merek, juga sangat besar. Karena itu, konsumen harus jeli saat membeli produk.

Hal lain yang mesti diperhatikan adalah perawatan peralatan. ”Banyak orang yang hanya membeli, tetapi dari sisi perawatan masih lemah. Semisal, mesin yang harusnya memakai oli samping ternyata tidak diperhatikan. Akibatnya, alat tidak berfungsi,” ujarnya. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com