Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Kir Belum Jamin Keselamatan Perjalanan

Kompas.com - 20/08/2014, 21:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Uji kir kendaraan saat ini belum bisa menjadi alat untuk menjamin keselamatan perjalanan. Selain itu, proses uji kir juga tidak efisien.

Ketua Umum DPP Organda Eka Sari Lorena berpendapat, uji kir seharusnya jadi salah satu alat pemerintah untuk menjamin keselamatan perjalanan dengan menjamin kondisi kendaraan.

”Jadi, bukan pertama-tama pemerintah mendapatkan pemasukan dari tarif uji kir. Uji kir ini seharusnya jadi jaminan kendaraan yang beroperasi, layak operasional,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (19/8).

Dengan paradigma uji kir sebagai penjamin keselamatan, pemilik kendaraan harus diberi insentif untuk uji kir. Insentif ini bisa berupa tersebarnya Balai Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) sehingga mudah dijangkau dan kendaraan tidak harus antre panjang. Bahkan, jika memungkinkan, uji kir gratis.
Antre

Saat ini, pemilik kendaraan yang ikut uji kir harus mengantre lama sebelum mendapatkan giliran.

Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta Ellen Tangkudung, seusai kunjungan ke Balai PKB Ujung Menteng, Jakarta Timur, mengatakan, kapasitas uji kir di Balai PKB Ujung Menteng hanya 210 kendaraan setiap hari.

Balai ini memiliki tiga jalur. Setiap jalur hanya sanggup menguji 70 kendaraan setiap hari. Waktu pengujian satu kendaraan 30-45 menit. Sementara kendaraan yang antre bisa mencapai 600 unit per hari.

”Sopir mulai mengantre pukul 02.00 agar bisa dilayani selama masa operasional balai pukul 07.00 hingga pukul 17.00. Antrean kendaraan sampai panjang ke jalan sebelum balai PKB dibuka,” katanya.

Ellen mengatakan, lamanya waktu mengantre uji kir ini tidak efisien bagi pelaku usaha karena mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk uji kir. Jika tidak mendapatkan kesempatan pada hari itu, mereka harus kembali di hari berikutnya. Padahal, lokasi balai PKB tidak selalu mudah dijangkau. Waktu uji kir sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan usaha.

Untuk mengurangi antrean, Ellen berpendapat, perlu ada manajemen pengaturan antrean. Manajemen ini bisa mengacu pada sistem antrean di rumah sakit swasta. Dengan demikian, pemilik kendaraan yang akan uji kir tidak perlu menghabiskan waktu terlalu lama. Selain efisien, langkah ini juga akan mengurangi gerak calo.

Pada hari libur, pelayanan uji kir tidak dilakukan. Alasannya, petugas tidak bisa menyetorkan uang yang dipungut dari uji kir ke bank karena perbankan tutup di hari libur. Adapun pelayanan online untuk pembayaran uji kir ini belum tersedia.

Ellen berpendapat, transaksi nontunai di uji kir seharusnya bisa diterapkan dengan mudah di Jakarta. Selain itu, ada potensi terjadi penyelewengan dana dari transaksi tunai ini. Untuk uji kir, setiap pengemudi dikenai tarif Rp 87.000.

Dia berharap, Pemprov DKI Jakarta bersedia menambah jumlah jalur untuk uji kir di tiap balai PKB. Di Jakarta, terdapat empat balai PKB, yakni Ujung Menteng di Cakung, Pulogadung, Cilincing, dan Jagakarsa. Satu PKB, yakni Kedaung, Kali Angke, Jakarta Barat, ditutup sejak inspeksi mendadak Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, 23 Juli lalu.

Eka mengatakan, penambahan balai PKB dilakukan dengan memetakan posisi angkutan massal. Di lokasi yang banyak terdapat pul angkutan massal seharusnya juga dekat dengan balai PKB.

Perkembangan teknologi otomotif, menurut Eka, seharusnya juga diantisipasi dengan peningkatan kualitas petugas yang melakukan uji kir. Kualitas dan teknologi alat uji kir juga harus ditingkatkan.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Muhammad Akbar mengatakan, pihaknya tengah mengaudit semua balai PKB.

”Dari audit ini, kami akan mendesain balai PKB yang ideal seperti apa, baik dari sisi mekanisme, peralatan, maupun kapasitasnya,” kata Akbar. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Megapolitan
Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Megapolitan
Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Megapolitan
Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Megapolitan
NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

Megapolitan
Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Megapolitan
Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Megapolitan
Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Megapolitan
Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Megapolitan
'Call Center' Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

"Call Center" Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

Megapolitan
Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Megapolitan
Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Megapolitan
Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Megapolitan
KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

Megapolitan
Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com