Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parkir Liar Dihapus, Di mana Kami Parkir?"

Kompas.com - 10/09/2014, 00:47 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah penghuni Apartemen Kalibata City mengeluhkan penertiban parkir liar di sekitar kawasan hunian bertingkat tersebut. Parkir di lahan yang dilarang bukan pilihan, tapi keterpaksaan. Mereka mengaku kesulitan memerole lahan parkir di apartemen tersebut.

"Saya sudah sering keluar masuk apartemen cari parkiran, tapi sudah penuh semua. Apalagi pulang kerja, saya pulangnya selalu di atas jam delapan malam," kata salah satu penghuni apartemen, Rifai, Selasa (9/9/2014).

 
Hal senada juga dikeluhkan Fajar Febrian.

"

Kalau sudah jam pulang kantor, apalagi jam 21.00 atau 22.00, sudah susah cari parkir dalam apartemen," keluhnya. 
 
Denny Kurniadi, penghuni lainnya, mengatakan, ia sudah dua kali memutari area parkir di apartemen, namun tak membuahkan hasil. Akibatnya, mau tak mau, ia pun memarkir kendaraannya di luar gedung. 
 
Harus ada solusi

Pada dasarnya, hampir semua penghuni apartemen mengaku lebih suka parkir di dalam lingkungan gedung. Selain dianggap lebih aman, parkir dalam gedung juga menjamin mobil bebas dari risiko pengempisan. 

"Kalau demi ketertiban, saya setuju banget diadakan penderekan dan denda. Biar jalanan nggak macet. Lagipula, parkir liar itu kesannya kan kumuh," kata Fajar.   

Ditambahkannya, sebenarnya sudah banyak penghuni yang meminta lahan parkir tambahan ke pihak pengelola. Sayangnya, permintaan ini belum dipenuhi. 
 
"Saya setuju parkir liar diberantas. Tapi kalau nggak boleh parkir liar, seharusnya parkir di dalam juga harus ditambah," ujar Pandhu Wiguna, penghuni apartemen.
 
Salah satu korban penderekan mobil, Selasa (9/9/2014), Adi, sempat merasa kesal dengan kebijakan ini. Adi, yang memarkir mobilnya di luar gedung, sempat kebingungan karena mobilnya tiba-tiba "lenyap".

Berdasarkan informasi dari tukang ojek dan supir taksi, ia pun tahu kalau mobilnya sudah diderek ke Rawa Buaya. Ia pun bergegas menjemput mobil Toyota Altis kesayangannya itu. 

 
"Saya sih setuju saja soal peraturan dan denda. Tapi tolong diinformasikan dengan baik. Jangan main angkut. Yang paling penting, kasih solusi buat kami. Bagaimana bisa tertib kalau fasilitasnya nggak memadai?" keluhnya.
 
Ketika disinggung tentang minimnya informasi ke pengemudi kendaraan, Kepala Penertubab Sudin Perhubungan Jakarta Selatan, AB. Nahor mengatakan kalau sosialisasi sudah sering dilakukan secara menyeluruh. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com