Namun, karya yang menurut Elisabeth aneh itu justru menjadi juara pertama. Saat itu, barulah Elisabeth menyadari bahwa anaknya itu kreatif. "Dikirimnya juga dua hari terakhir pendaftaran dan ternyata juara 1 dapat laptop. Sampai saya berpikir, kayaknya ada yang salah. Mungkin karena akunya yang ga ngerti seni juga kali ya," kenang dia, diikuti tawa.
Tak lagi bicarakan Ade Sara
Kini, Ade Sara sudah tiada. Tidak ada lagi rengekan manja Sara kepada ibunda. Meski mengaku rindu, Elisabeth memilih mencari kesibukan lain setiba di rumah dari bekerja.
Di rumahnya, untuk sementara waktu, tak ada pembicaraan soal Ade Sara, yang akan membuat kenangan membanjir diikuti kesedihan dan kerinduan.
Bersama Suroto—suaminya—sesekali Elisabeth menghabiskan waktu berjalan-jalan berdua. Aktivitas ini mereka lakukan untuk meninggalkan sejenak nuansa sepi di rumahnya. "Cari kesibukan supaya enggak terus teringat," sebut dia.
Teruntuk sang putri, kini lantunan doa dikirimkan Elisabeth senantiasa. Sekalipun dua terdakwa kasus pembunuhan anaknya—Ahmad Imam Al Hafitd dan juga Assyifa Ramadhan—dihukum, dia sadar Ade Sara tetap tak akan kembali ada.
Namun, Elisabeth tetap ingin keadilan ditegakkan. "Saya ingin keadilan yang sebenar-benarnya, bukan (hukuman) yang seberat-beratnya," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.