Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Anggap FPI Kelompok Kecil yang Tak Bisa Terima Kenyataan Hidup

Kompas.com - 24/09/2014, 15:24 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku sudah terbiasa mendapat aksi penolakan yang dilatarbelakangi oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Basuki menganggap bahwa masyarakat kini sudah tidak lagi memedulikan latar belakang SARA dalam memilih pemimpin.

"Aku sudah kenyang SARA-lah. (FPI) itu kan kelompok kecil di republik ini yang tidak mau terima kenyataan hidup. Ideologi (masyarakat) sekarang, tidak ada guna. SARA yang penting (masyarakat) sejahtera," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Rabu (24/9/2014).

Aksi penolakan dengan latar belakang SARA ini pernah dialaminya saat dicalonkan menjadi Bupati Belitung Timur. Bahkan, di sana, 93 persen warganya adalah Muslim dan komposisi kursi di DPRD dikuasai oleh Partai Bulan Bintang (55 persen). [Baca: Lulung Ikut Orasi dalam Aksi FPI Tolak Ahok]

Ia mengaku tidak khawatir dengan ancaman FPI yang meminta DPRD untuk tidak melantik Basuki. Dengan nada bercanda, Basuki mengatakan, gaji yang didapatkan gubernur dan wakil gubernur hanya beda tipis.

"Bedanya hanya di kebijakan saja. Kalau gajinya mah sama, Rp 6-7 juta, ha-ha-ha.... Secara konstitusi kalau Pak Gubernur jadi presiden, saya langsung jadi gubernur," kata Basuki santai.

Selain itu, Basuki mengaku tidak takut pada ancaman tindak anarkistis yang akan dilakukan oleh beberapa organisasi masyarakat yang menolaknya. Sebab, menurut dia, Basuki juga preman di DKI.

"Saya preman pakai seragam. Kalau kamu preman, ya saya preman resminya," kata pria yang biasa disapa Ahok itu berseloroh.

Sebagai informasi, massa FPI melakukan aksi unjuk rasa menolak Basuki diangkat menjadi Gubernur DKI. Beberapa perwakilan mereka pun telah diterima oleh tiga pimpinan DPRD DKI, yakni Prestyo Edi Marsudi, Mohamad Taufik, dan Abraham Lunggana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com