Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Honda dan Problem Penertiban Permukiman Liar

Kompas.com - 23/10/2014, 20:13 WIB
Laila Rahmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Taman Honda yang terletak di Jalan Tebet Timur, Tebet, Jakarta Selatan, dibersihkan oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan dari para pemulung yang meninggali taman itu, Rabu (22/10/2014).

Sebanyak 350 anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan 100 personel gabungan dikerahkan untuk menertibkan 280 bangunan liar para pemulung yang ada di dalam taman tersebut. (Baca: Digusur Juga, Permukiman yang Tutupi Taman Honda Tebet).

"Pemulung-pemulung itu sebagian pekerja Sudin Kebersihan. Kami lihatnya dari hasil sampah yang ada di lokasi (Taman Honda)," kata Kepala Seksi Pertamanan Kecamatan Tebet Amir Syah di kantor Sudin Pertamanan, Komplek Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Kamis (23/10/2014).

Sejarah Taman Honda

Amir pun menuturkan awal mula berdirinya Taman Honda dan kehadiran para penghuni liar tersebut. Sebelumnya, lokasi yang menjadi tempat berdirinya Taman Honda kini adalah permukiman warga pindahan dari gusuran Senayan.

Pada 1980-an, pemerintah menggusur lahan permukiman seluas 1,8 hektar itu untuk diganti dengan bangunan Taman Honda. "Setelah jadi taman, pelan-pelan satu per satu pemulung masuk. Jadi itu sudah lama kayaknya," kata Amir.

Kepala Suku Dinas Pertamanan Jakarta Selatan Marfu'ah mengakui kemungkinan para pemulung akan kembali menempati Taman Honda. Terlebih lagi hanya ada tiga petugas satgas Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, yang berjaga di taman itu setelah penertiban pada Rabu itu.

Problem kita

"Idealnya satu (pemulung) sudah diusir, dua (pemulung) datang, diusir lagi," kata Marfu'ah. Menurut dia, selain ketidakimbangan jumlah petugas di lapangan dan pemulung yang datang, sikap para pemulung yang lebih keras juga menjadi salah satu alasan kemungkinan besar pemulung dapat kembali lagi ke Taman Honda.

"Lebih galak yang masuk ke taman (pemulung). Mereka keras karena hidup mereka saja sudah keras," kata Marfu'ah. Dia 'ah melanjutkan, para pemulung yang tergusur itu tidak mendapat ganti rugi ataupun relokasi ke tempat lain.

Sudin Sosial Jakarta Selatan juga belum bekerja sama dengan Sudin Pertamanan Jaksel dalam menangani penghuni liar Taman Honda. "Memang ini problem kita. Kata tetangga saya yang dari daerah bekerja ke Jakarta, 'Aku sudah macul dari pagi, tapi enggak ada panennya'. Mudah-mudahanlah pemerintahan Jokowi bisa, biar anggaran itu tidak di pusat aja," kata Marfu'ah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com