Jembatan itu runtuh pada Jumat pekan lalu di tengah proses pembangunan dan menyebabkan empat pekerja tewas.
Untuk mengungkap penyebab kejadian itu, kepolisian tengah memeriksa sembilan saksi. Pemeriksaan itu akan dilanjutkan dengan meminta keterangan kepada kontraktor pelaksana pembangunan, pengelola gedung, dan juga Pengawas dan Penertiban Bangunan DKI.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Tatan Dirsan mengatakan, sembilan saksi yang diperiksa itu terdiri atas tujuh pekerja bangunan yang selamat dan dua kerabat korban. Hingga saat ini, kesembilan saksi itu masih dimintai keterangan.
”Pemeriksaan masih berlangsung sehingga belum diketahui secara pasti penyebab runtuhnya jembatan itu,” ujarnya.
Namun, kata Tatan, jumlah saksi yang akan dimintai keterangan akan terus bertambah.
Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Agus Suradika, Minggu (2/11), mengatakan, pekerjaan pembangunan masih dihentikan sampai saat ini. Keberlangsungan pembangunan itu menunggu hasil pemeriksaan Puslabfor Polda Metro Jaya pada Senin ini.
”Jika ditemukan penyimpangan pada spesifikasi bangunan, ada indikasi pidana. Pembangunan akan dihentikan untuk penyidikan. Namun jika runtuhnya jembatan akibat kecelakaan murni, pembangunan akan segera dilanjutkan,” kata Agus.
Menurut Agus, pembangunan gedung arsip perpustakaan itu menggunakan anggaran tahun jamak senilai Rp 23,9 miliar. Tahun ini, pembangunan dilaksanakan untuk pendirian struktur bangunan. Pada 2015 baru melangkah pada pekerjaan arsitektur bangunan.
Jembatan yang ambruk itu merupakan kelanjutan dari pembangunan perpustakaan umum daerah. Sejak 2011, Pemprov DKI merancang pembangunan gedung perpustakaan umum yang lebih besar untuk menampung lebih banyak koleksi dan bisa digunakan untuk acara pertunjukan.
Agus mengatakan, sebagai pengelola gedung, pihaknya juga belum dapat memastikan penyebab utama runtuhnya konstruksi jembatan itu. ”Saya menyerahkan pemeriksaan sepenuhnya kepada kepolisian. Saya tak berani menduga-duga,” katanya.
Keempat buruh bangunan yang meninggal akibat tertimpa reruntuhan material jembatan, menurut Agus, telah dimakamkan di kampung masing-masing. Keempat korban itu adalah Harno (40), Budi Utomo (25), Nur Ucup (38), dan Arden (17).
Kontraktor pembangunan, PT Sartonia Agung, kata Agus, telah memberikan santunan selayaknya kepada keluarga dari empat korban. ”Pemakaman para korban juga dibiayai pihak kontraktor,” ujarnya.
Runut pembangunan
Ketua Umum Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia (ATAKI) Manahara Siahaan mengatakan, penyebab runtuhnya jembatan penghubung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, bisa dirunut dari sisi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ada sejumlah perangkat aturan yang menjamin keamanan dan menjadi panduan dalam pekerjaan konstruksi.
Terkait perizinan, kata Manahara, ada izin mendirikan bangunan yang diterbitkan Pemerintah DKI Jakarta. Sementara terkait kompetensi penyedia jasa konstruksi, baik kontraktor maupun konsultan, ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. UU tersebut, di antaranya, mensyaratkan perencana, pelaksana, dan pengawas memenuhi sertifikasi, klasifikasi, serta kualifikasi sebagai perusahaan jasa konstruksi.
”Polisi bisa mengecek draf perencanaannya, apakah sesuai dengan kaidah teknik konstruksi atau tidak, lalu memeriksa pelaksanaan dan pengawasannya. Selain itu, kompetensi perencana, pelaksana, dan pengawas juga perlu dilihat, apakah ada sertifikat dan memenuhi kualifikasi,” ujarnya.
Menurut Manahara, selain perusahaan jasa konstruksi, kasus itu juga harus menjadi pelajaran bagi pemerintah sebagai pemberi izin dan pengawas pendirian bangunan.
Sesuai dengan UU Jasa Konstruksi, jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan kesalahan perencana atau pengawas konstruksi dan terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenai ganti rugi.
Catatan Kompas, ada sejumlah kasus kegagalan konstruksi yang menyebabkan korban di DKI Jakarta. Pada 19 September 2013, tangga utama Gelanggang Remaja di Jalan Balai Rakyat Koja, Jakarta Utara, ambruk saat pengecoran. Empat pekerja mengalami luka serius dan tujuh orang lainnya luka ringan karena tertimpa beton, rangka besi, dan material lain.
Polres Metro Jakarta Utara menetapkan manajer proyek, pelaksana lapangan, dan operator mesin cor dari kontraktor pelaksana sebagai tersangka dalam kasus itu. Mereka dinilai lalai sehingga menyebabkan kecelakaan kerja dan menimbulkan korban luka.
Kasus lain, pada 23 Desember 2009, toilet tambahan yang sedang dibangun di lantai empat dan tiga Pusat Grosir Metro Tanah Abang, Jakarta Pusat, runtuh dan menyebabkan dua tewas dan sembilan lainnya luka-luka. Polisi menetapkan direktur, manajer konstruksi, dan pekerja pelaksana konstruksi sebagai tersangka dan menyeretnya ke pengadilan. (MKN/MDN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.