"(Juga) membangun trotoar dan jalur sepeda yang aman-nyaman. Sehingga yang jaraknya dekat tidak perlu kendaraan bermotor, hemat energi, polusi berkurang, lebih sehat,” imbuh Yoga.
Bersamaan dengan deretan contoh keberpihakan itu, kata Yoga, pemerintah juga diharapkan sekaligus bisa menepati janji soal penyediaan energi murah bagi masyarakat. "Konversi ke gas yang membutuhkan banyak persiapan infrastruktur harus dipercepat. Begitu pula dengan pengembangan energi baru terbarukan," sebut dia.
Yoga bahkan berpendapat, seyogianya keberpihakan pemerintah juga diwujudkan dalam rupa subsidi khusus bahan bakar untuk transportasi publik. "Itu terjadi di seluruh dunia, karena ini fasilitas sosial bagi masyarakat,” kata Yoga.
Sekelumit cerita satu pagi di jalanan Jakarta ini memastikan bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi tak semata soal tambahan Rp 2.000 per liter. Di luar sana, ada orang-orang yang butuh kerja dengan penghasilan belum tentu beda dari sebelumnya, sementara ada harga lebih yang mesti dibayar tanpa bisa ditawar.
Pagi yang sama bercerita soal peminta-minta yang seharusnya masih duduk manis dan bermain gembira di sekolahnya—sebuah pemandangan yang terlalu jamak sampai biasa di pengapnya jalanan Jakarta.
Pun, satu pagi di Jakarta ini bertutur nyata pula soal transportasi publik dan infrastrukturnya yang tak membuat orang berminat menjadikannya sebagai pilihan pertama untuk menggunakannya. Padahal, ini masih di Ibu Kota, belum yang nun jauh di sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.