"Sikap siswanya terlihat berubah. Setiap guru menyampaikan aspek-aspek penilaian yang dibutuhkan, perilaku-perilaku yang semestinya diterapkan siswa dalam kelas," ujar staf Kurikulum SMP Suluh Jakarta, Juriani Almaida, SPd, kepada Antara News di Jakarta, Senin (8/12/2014).
"Dengan adanya penilaian sikap, anak-anak menjadi belajar berperilaku lebih baik. Kalau di kurikulum sebelumnya, KTSP, penilaian sikap itu tidak ada rubriknya. Ketika ada rubriknya, anak pun jadi lebih aware (peduli)," sambung dia.
Juriani juga menyebut Kurikulum 2013 memberi siswa kesempatan membuat penilaian secara jujur terhadap dirinya.
"Anak-anak juga diberikan kesempatan menilai dirinya sendiri, lalu penilaiannya di-cross check (diuji ulang) kepada temannya. Guru lalu menilai kejujuran siswa di situ. Ada perubahan sikap pada siswa yang semula tidak jujur menjadi jujur," kata dia.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Negeri 218 Jakarta drs Nasa menyampaikan apresiasi senada dengan menilai Kurikulum 2013 membantu siswa membentuk kepribadiannya.
"Kurikulum 2013 lebih bisa menggali kemampuan siswa. Dulu kan hanya pengetahuan, sekarang, pendidikannya diterapkan benar untuk pembentukan kepribadian," kata Nasa.
"Kami sebenarnya setuju ke Kurikulum 2013 karena menekankan pada kepribadian siswa. Hanya, sistem penilaiannya harus dibuat memungkinkan terjangkau."
Nasa juga menyatakan, sejumlah perubahan sikap siswa pun mulai terlihat sejak sekolah menerapkan Kurikulum 2013, Agustus lalu, antara lain siswa menjadi cenderung lebih serius dalam belajar dan santun dalam bersikap.
"Ada perubahan perilaku, minimal saat saya mengajar. (Aspek) perilaku itu, produknya (butuh waktu) lama. Mungkin, setelah lulus ini, perilakunya, yang berubah, mulai kelihatan saat SMA nanti," papar Nasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.