Salah satu di antaranya Gereja Nassaukerk atau dikenal Gereja Ayam, saat ini bernama Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat/GPIB Paulus.
Gereja ini terletak di Taman Sunda Kelapa (dekat dengan Masjid Sunda Kelapa), di antara Taman Surapati dan Taman Sunda Kelapa, tepatnya pertemuan antara Jalan Imam Bonjol dan Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Gereja ini merupakan bangunan penting pada zaman dulu. Di gereja ini, saat Belanda menjajah Indonesia, setiap hari Minggu, para petinggi Belanda beragama Kristen Protestan yang tinggal di wilayah Menteng beribadah bersama keluarga. Gereja ini merupakan kawasan satelit bagi orang-orang Belanda yang tinggal di Menteng dan bergereja di Gereja Immanuel, Gambir, Jakarta Pusat.
Bangunan gereja di kawasan elite (hingga saat ini) menampilkan kemewahan dalam ruangan tempat ibadah yang lebih besar dari Gereja Protestan lainnya. Ornamen dan aksesori yang melengkapi ruangan tersebut klasik dan elegan, mulai dari lantai, kursi, mimbar, hingga lampu kristal.
Jendela yang ada di sejumlah sisi gereja menggunakan mozaik warna-warni. Hingga kini, ornamen dan aksesori di kala itu masih menghiasi ruangan gereja.
Sebuah orgel, alat musik yang terbuat dari pipa ukuran besar bisa mencapai tinggi 10 meter dan bekerja dengan bantuan tiupan angin, terpasang di balkon, di atas belakang mimbar. Khusus di Gereja Protestan di Jakarta, alat musik seperti ini hanya bisa dijumpai di tiga tempat, yakni Gereja Sion (Kota), Immanuel (Pejambon), dan Paulus (Menteng).
”Sampai sekarang, alat musik ini masih digunakan di dua tempat, yakni di Gereja Immanuel dan Paulus. Di Gereja Sion, alat musik ini sudah rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi,” kata Ketua Majelis Jemaat GPIB Paulus Pendeta (Pdt) Paulus Kariso Rumambi di Menteng.
Hingga kini, piala atau cawan baptisan peninggalan Belanda masih dipergunakan dalam penyelenggaraan sakramen baptisan. Piala baptisan ini berulang kali dipinjam oleh Belanda dan Singapura untuk dipamerkan bersama benda-benda gereja peninggalan Belanda di negara tersebut.
”Akan tetapi, kami selalu menolaknya karena pertimbangan perlindungan dan keamanan dari barang bersejarah tersebut,” ujar Rumambi.
Adapun dua piala perjamuan peninggalan Belanda lainnya yang dimiliki gereja itu sudah hilang seusai pelaksanaan sakramen Perjamuan Kudus, sekitar setahun lalu.
Ditandai penahbisan
Adolf Heuken SJ dan Grace Pamungkas ST dalam bukunya, Menteng, Kota Taman pertama di Indonesia (Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta 2001) menulis, Gereja Paulus diberi nama Gereja Nassau atau Nassaukerk karena lokasinya ada di Orange Nassau Boulevard, kini Jalan Imam Bonjol. Gereja ini dibangun tahun 1936 ditandai dengan ibadah penahbisan pada Sabtu (6/6/1936) oleh Ketua Majelis Gereja Ds Lindeyer.
Saat dibangun, jemaat Kristen Protestan di Jakarta memiliki tiga gedung gereja, yakni de Portugese of Buitenkerk (Gereja Sion) di Jakarta Kota; de Nieuwe of Haan tjeskrek (Gereja Pniel) di Pasar Baru; dan de Willemskerk (Gereja Emmanuel/sekarang berganti nama menjadi Immanuel) di Pejambon.
Gereja ini dibangun tahun 1936 atau dua tahun sesudah pembangunan Gereja Katolik, Theresia, selesai, yakni tahun 1934. Bangunan gereja ini dirancang oleh Biro Arsitek ternama, yakni Algemeen Ingenieurs en Architecten (AIA) Bureau, yang bekerja sama dengan Firma Sitzen en Louzada.
Arsitek yang digunakan adalah Ir WE Burhoven Jaspers yang juga merancang gedung Hotel des Indes (1930) yang dibongkar tahun 1972. Bangunan ini mengedepankan semboyan arsitek FJL Ghijsels, pendiri AIA, yakni Simplicity in the shortest path to beauty.
Gereja ini memiliki bangunan yang kompleks. Bangunan gereja berada di sebelah utara dengan atap sirap yang terjal, ditudungi menara langsing bagaikan jari telunjuk yang menunjuk ke atas. Arti simboliknya adalah ”Hendaklah orang memikirkan hal-hal yang di atas dan bukan pertama-tama hal-hal yang di bumi saja”. Gereja ini menjadi simbol bagi pertumbuhan dan perkembangan jemaatnya.
Pada keempat sisi menara itu terdapat jam yang dapat terlihat dari jauh, termasuk dari Jalan Sudirman (Hotel Sahid Jaya). Di puncak menara terpasang patung seekor ayam petunjuk angin yang sekaligus merupakan ciri dari gereja ini sehingga orang menyebut gereja ini sebagai Gereja Ayam.
Patung ayam merupakan simbol dari pengakuan Rasul Petrus. Umat Kristen diingatkan untuk terus waspada dan selalu introspeksi pada diri sendiri.
Dalam buku Gereja Bersejarah di Jakarta, terbitan Erlangga tahun 2009 yang ditulis Adolf Heuken SJ disebutkan, Gereja Paulus dibangun di kawasan yang memiliki lingkungan yang tenang dan sangat alami. Akan tetapi, saat ini pertemuan jalan di sekitar kawasan itu menjadi perempatan yang sangat ramai dan tidak ada lagi tempat parkir.
Cagar budaya
GPIB Paulus merupakan benda cagar budaya peninggalan Belanda yang tetap dijaga kelestariannya. Saat ini, keberadaan GPIB Paulus yang beranggotakan sebanyak 800 keluarga yang tersebar di Menteng dan sekitarnya merepresentasikan persatuan, kerukunan, dan harmonisasi antarumat beragama.
”Tidak ada perbedaan antara warga jemaat yang berpendapatan rendah, tinggal di atas kuburan dengan jemaat yang ekonominya mapan dan tinggal di rumah mewah Menteng. Semua saling membantu dan melayani,” ujar Rumambi.
Pihak gereja sering bekerja sama dalam bakti sosial dengan pengurus Masjid Sunda Kelapa. Saat Idul Fitri tiba, pihak gereja sering merelakan lahannya sebagai tempat parkir. Demikian pula sebaliknya, kala perayaan Natal dan Tahun Baru. (WINDORO ADI/PINGKAN ELITA DUNDU)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.