"Angga itu orangnya pendiam. Enggak banyak bicara. Kalau di rumah juga enggak banyak ngobrol," kata Suyono (78), ketua RT setempat, kepada Kompas.com, Minggu.
Meski demikian, Suyono juga mengenal Angga sebagai pelajar yang pandai dan berprestasi. Bahkan, dia sempat disebut-sebut sebagai anak kesayangan gurunya di sekolah.
Angga sendiri sudah tinggal bersama paman, bibi, dan nenek dari ibunya di rumah tersebut selama kurang lebih satu tahun. Sedangkan kedua orangtuanya telah lama berpisah dan masing-masing sudah menikah lagi.
Broken home
Orangtua Angga berpisah saat dia masih bayi dan Angga sempat tinggal beberapa kali bergantian dengan ayah dan ibunya saja.
"Dia pernah tinggal seminggu sama bapaknya, seminggu lagi sama ibunya. Cuma ibunya kan pindah ke Surabaya, jadi dia dititipin ke rumah neneknya. Neneknya juga suka sakit-sakitan," tambah Suyono.
Secara terpisah, Kepala Unit Reserse dan Kriminalitas Polsek Pancoran, AKP Rusdy Dalby, juga mengatakan hal yang sama. Dari keterangan keluarga yang telah dihimpun oleh polisi, Angga menjadi pendiam semenjak kedua orangtuanya bercerai.
"Korban memang pendiam. Diamnya baru pas ada kejadian broken home itu. Di rumah seringnya di kamar doang," tutur Rusdy.
Sebelumnya diberitakan, Angga diduga melakukan bunuh diri. Adapun motif perbuatan tersebut masih dalam tahap penyelidikan kepolisian.
Selain itu, dari hasil pemeriksaan sementara, tidak ada tanda-tanda kekerasan ataupun luka bekas penganiayaan.
Rusdy memperkirakan Angga tewas 12 jam sebelum ditemukan. Saat ditemukan, remaja itu mengenakan baju koko dan celana panjang biru, yang merupakan seragam sekolah yang dikenakannya sehari sebelumnya.
Saksi atas nama Wiwin (35), kakak korban, yang menemukan korban pertama kali juga menceritakan kalau korban tidak keluar kamar sejak Selasa sore dan baru ditemukan Rabu pagi sekitar pukul 06.30 WIB.