JAKARTA, KOMPAS.com — Jakarta dan sekitarnya mulai memasuki puncak musim hujan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menghadapi dampaknya. Banjir di wilayah tengah diperkirakan surut dalam sehari. Namun, waktu surut banjir di wilayah barat dan timur bisa lebih lama.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Senin (2/2/2015), mengatakan, sistem penanggulangan banjir di wilayah aliran tengah sudah selesai meski belum sempurna. ”Saya kira puncak musim hujan bisa sampai pertengahan Februari. Kami sudah siap. Banjir tidak akan lama, wilayah tengah bisa kering lebih cepat,” katanya.

Namun, sistem antisipasi banjir di wilayah barat, timur, dan selatan belum tertata baik. Sejumlah pompa belum terpasang. Terjadi penyempitan di sejumlah sungai sehingga air pasti akan meluap.

Basuki telah memerintahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Air untuk mengosongkan volume sungai dan waduk. ”Waduk akan kami pompa. Sungai akan dibuka pintu airnya. Jika terjadi curah hujan yang cukup tinggi, waduk dan sungai bisa menampung,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono.

Dia menambahkan, pompa-pompa besar dalam kondisi baik dan siap dioperasikan. Beberapa pompa yang rusak juga sudah selesai diperbaiki. Hanya ada beberapa pompa di bawah Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air yang masih perlu perbaikan.

”Tahun ini kami akan buat rumah pompa untuk wilayah aliran barat. Kali Angke mengalir dari barat ke tengah, terpotong Kali Pesanggrahan, lalu ke Cengkareng Drain. Air di wilayah itu tidak mengalir ke mana-mana. Sistemnya memang harus dibenahi,” ujar Agus.

Khusus untuk menghadapi rob, lanjut Agus, belum semuanya bisa teratasi karena belum semua wilayah Jakarta Utara dibentengi tanggul pantai. Hal paling mungkin yang bisa dilakukan adalah membuat polder.

Semua petugas rumah pompa disiagakan untuk menghadapi puncak musim hujan.

Di Jakarta Timur, pengerukan sampah di gorong-gorong saluran penghubung Matraman yang berada di bawah Jembatan Gunung Antang, Senin pagi, mengalami kendala. Gorong-gorong berdiameter 1,5 meter itu dipenuhi sampah, sementara saluran tersebut berkelok-kelok.

Sampah menyumbat

Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Timur Yazied Bustomi mengatakan, sumbatan sampah di gorong-gorong itu menyebabkan timbul genangan air di kawasan Palmeriam dan Kebon Manggis setiap kali turun hujan. Sementara sampah di dalam gorong-gorong sudah memadat sehingga disiram dengan air tekanan tinggi oleh mobil pemadam kebakaran pun tetap tak terdorong keluar.

Sebagai jalan keluar, saluran penghubung di sisi timur akan dibendung dan disedot airnya dari sisi barat. Kemudian tumpukan sampah itu akan kembali disiram dengan air tekanan tinggi.

Di Jakarta Utara, saluran penghubung belum efektif mengatasi genangan karena saluran penghubung berbagai ukuran ini mendangkal, menyempit, dan terokupasi bangunan liar.

Di Kali Cakung Lama yang memiliki panjang 9,2 kilometer, misalnya, sekitar 70 persen tertutup bangunan liar. Lebar kali hanya 2-4 meter dari kondisi awal 6-12 meter.

”Normalisasi saluran penghubung merupakan program yang akan terus kami lakukan. Salah satu yang menjadi prioritas tahun ini adalah Kali Cakung Lama,” kata Sekretaris Kota Jakarta Utara Junaedi.

Selain Kali Cakung Lama, Kali Gubug Genteng di Cilincing juga mendesak dinormalisasi. Sebanyak 18 RT yang berada dalam lintasan kali ini rawan tergenang.

Normalisasi Cisadane

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan, program normalisasi Sungai Cisadane yang didanai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan dimulai tahun 2015. Pengerjaan awal akan dilakukan mulai dari Desa Tanjung Burung, Kabupaten Tangerang (hilir).

”Pertemuan terakhir dengan Menteri Pekerjaan Umum yang baru, beliau masih memegang komitmen untuk terus melanjutkan program normalisasi Sungai Cisadane. Tinggal menunggu realisasinya,” kata Zaki.

Adapun Pemerintah Kota Bekasi akan membangun kolam retensi Koja di Kecamatan Jatisampurna yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor pada tahun 2015. Anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 5 miliar. Bendungan ini dibangun di lahan seluas 3 hektar dengan kedalaman 4 meter.

Kepala Bidang Tata Air Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi Dicky Irawan menambahkan, kolam retensi tersebut berfungsi untuk menampung luapan Sungai Cikeas agar tak menambah beban Kali Bekasi. ”Kali Bekasi itu, kan, hasil pertemuan dari Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi. Jika ketinggian Sungai Cikeas mencapai 200 sentimeter dan Sungai Cileungsi 300 sentimeter, maka Kali Bekasi Siaga I,” ujar Dicky.

Dicky mengatakan, luapan di Kali Bekasi tak hanya disebabkan hujan di wilayah Bekasi, tetapi juga limpahan air dari daerah hulu, yakni Sungai Cikeas di Kabupaten Bogor.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi intensitas curah hujan bulanan selama Februari 2015 meningkat. Pada 3-9 Februari 2015, beberapa wilayah di Bogor diprediksi akan hujan ringan hingga sedang pada pagi hingga malam hari. Dampaknya berpotensi menyebabkan banjir di sejumlah tempat di Jakarta.

Kepala Subbidang Informasi Meteorologi BMKG Hary Tirto Djatmiko, Senin, menjelaskan, hujan ringan intensitasnya 0,1-5,0 mm/jam atau 5-20 mm/hari, sedangkan intensitas hujan sedang 5,0-10,0 mm/jam atau 20-50 mm/hari.

”Kalau berubah ke hujan lebat, artinya potensi banjir akan semakin berbahaya. Saat ini, potensi banjir masih di fase sedang,” ujarnya. (B09/FRO/PIN/MDN/ILO/JAL)