Perempuan lanjut usia itu dianiaya secara keji oleh anak kandungnya sendiri, Johanes Saptono alias Dony (45). Elizabeth ditemukan dalam kondisi luka parah oleh tetangganya, Sukoco (65).
Hingga semalam, Elizabeth masih dirawat intensif di Intensif Care Unit (ICU) lantai 3 Rumah Sakit (RS) St Carolus, Salemba, Jakarta Pusat. Korban menderita luka di kepala dan leher. Bibir dan hidungnya terluka serta matanya juga memar.
Saat ditemui Warta Kota di lokasi kejadian, Rabu (4/2/2015) pagi, Sukoco menuturkan, peristiwa naas itu terjadi Selasa siang. Saat kejadian, Sukoco tengah duduk di teras rumah. Tiba-tiba, ia mendengar teriakan seorang perempuan.
Saat keluar rumah, alangkah terkejutnya Sukoco begitu mendapati Elizabeth terkapar bersimbah darah di tepi parit. "Pak Koco tolong, saya dipukulin Dony," ujar Elizabeth kala itu kepada Sukoco.
Sukoco menghampiri korban dan berusaha membopongnya. Saat hendak menolong Elizabeth, Sukoco sempat melihat Dony berlari ke arah jalan raya. Dengan kondisi terjepit, Sukoco berteriak dengan harapan warga yang mendengarnya bisa mengamankan Dony.
Mulai stabil
Meski masih dirawat di ruangan ICU, semalam kondisi Elizabeth mulai stabil. Tinah (49), anak pertama Elizabeth, mengaku keluarga besarnya sangat terpukul. Kejadian ini bukan hanya melukai sang ibunda hingga luka parah. Dony, dikatakannya, telah lama menjadi beban keluarga.
"Saya juga nggak habis pikir, kenapa bisa terjadi begini. Memang dia (Dony) sudah lama dinasihati agar hidup mandiri, tapi nggak ngerti juga. Mungkin dia kesal atau depresi. Puncaknya kemarin (Selasa), ibu dipukuli sampai akhirnya begini (luka parah)," kata kakak kandung Dony tersebut.
Tinah yang ditemui Warta Kota di RS St Carolus, kemarin petang masih terlihat depresi mengingat kondisi terakhir ibunya yang dirawat di ruangan ICU. Sang ibu, kata Tinah, mengalami luka parah dipukuli Dony di tepi parit depan rumah orangtuanya.
"Kondisi ibu sudah mulai stabil. Dari hasil CT-scan ada retak di tulang pipi dan tengkorak, tapi sudah ditangani dokter," katanya sambil menahan tangis.
Karena kelelahan bercampur aduk dengan rasa khawatir terhadap keselamatan sang ibunda, Tinah terus termenung dan menangis. Beberapa pertanyaan yang diajukan Warta Kota pun tak kuasa dijawabnya. Walau begitu, ia mengaku sangat kecewa dan meminta agar sang adik dihukum sesuai perbuatannya.
"Saya minta doa restu untuk kesembuhan ibu, nggak lebih. Soal masalah hukum, saya sekeluarga sudah menyerahkannya ke pihak kepolisian," ujar Tinah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.