Biasanya mendekati tahun baru, seminggu sebelum Imlek, kue keranjang dan dodol banjir di pedagang. Malah, pedagang lebih memilih memajang banyak kue keranjang dan dodol ketimbang dagangan utama karena kue itu banyak dicari orang.
”Namanya pedagang, kita jual apa saja. Kalau lagi menjelang Imlek, biasanya tiga hari menjelang Imlek, saya tidak jualan asinan lagi. Tetapi, lebih fokus jualan kue keranjang, dodol, dan kue semprong. Enggak kepegang kalau jualan asinan,” kata Ny Liu Lan Jin (63), pedagang asinan sayur yang tertua dan sohor di Pasar Lama.
Selain itu, bunga potong, termasuk bunga anggrek, banyak dicari warga Tionghoa untuk mempercantik ruangan rumah mereka. Bunga potong itu dimasukkan dalam pot dan diletakkan dalam ruangan tamu.
Tingginya permintaan membuat harga buah-buahan, kue keranjang, dodol, dan bunga potong naik.
Harga buah-buahan, terutama jeruk, apel, dan pir naik Rp 5.000-Rp 10.000 menjadi Rp 35.000-Rp 70.000 per kilogram. Sementara harga kue keranjang naik Rp 1.000-Rp 2.000 per kg dari tahun sebelumnya (bergantung merek dan ukuran), yakni Rp 25.000-Rp 47.000 menjadi Rp 26.000-Rp 50.000 per kg. Sementara harga dodol bervariasi dari Rp 15.000-Rp 18.000 menjadi Rp 16.000-Rp 20.000 per bungkus.
Harga bunga potong dan anggrek naik hingga 50 persen, dari harga sebelumnya Rp 7.500-Rp 10.000 per tangkai (bunga potong, tergantung jenis) menjadi Rp 10.000-Rp 15.000 per potong. Sementara harga anggrek dari Rp 15.000-Rp 20.000 menjadi Rp 25.000-Rp 30.000 per tangkai (harga dihitung per bunga).
Meskipun pernak-pernik seperti ini banyak dijual di pasar lain dan mal, banyak yang sengaja datang ke Pasar Lama. Selain mencari suasana baru, ketersediaan pernak-pernik lebih lengkap.
Pusat perjumpaan
Dalam buku Menuju Masyarakat Berperadaban Akhlakul Karimah yang ditulis mantan Wali Kota Tangerang Wahidin Halim disebutkan, kawasan Pasar Lama merupakan salah satu kampung tua di Tangerang.
Kawasan tersebut pada era 1740 ditetapkan oleh penguasa VOC sebagai permukiman warga Tionghoa. Jauh sebelum itu, kawasan tersebut telah menjadi pusat perjumpaan, baik antarmasyarakat Tionghoa maupun dengan komunitas lain yang berasal dari berbagai penjuru Tangerang.
Salah satu yang menjadi magnet Pasar Lama antara lain keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio, kelenteng tua yang dibangun pada tahun 1684. Selain menjadi pusat ritual keagamaan, Boen Tek Bio juga memainkan peran sosial dan budaya. Misalnya, setiap 12 tahun, saat tahun Naga, digelar arak-arakan dewa atau gotong Toapekong yang menyedot perhatian penduduk setempat dan wisatawan.
Tidak jauh dari kelenteng itu, tepat di Jalan Cilame, ada sebuah rumah tua yang diduga dibangun pada masa yang sama dengan era pembangunan Boen Tek Bio. Rumah itu kini lebih dikenal sebagai Benteng Heritage, sebuah museum kecil yang menyimpan serpihan jejak dan sejarah kehadiran, perjumpaan, dan akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.
Denyut Pasar Lama tidak pernah berhenti. Selama 24 jam, mulai dari sebelum fajar menyingsing, berbagai lapak pedagang sayur, ikan, buah-buahan, bunga, dan daging sudah tertata. Pagi hingga sore, toko serba ada dan pedagang makanan pun berdenyut. Sementara senja hingga tengah malam lokasi ini menjadi tempat kuliner berbagai jenis makanan.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar sangat menikmati dan bernostalgia di kawasan Pasar Lama. Zaki, panggilan akrab bupati, mengatakan, dirinya tumbuh dan besar di kawasan Pasar Lama.
”Nostalgia sewaktu kecil. Kawasan pusat jajanan ini menjadi salah satu tujuan untuk menikmati berbagai pilihan makanan,” kata Zaki.
Anda mempunyai pengalaman lebih seru dari Pak Bupati? Bisa jadi.... (PINGKAN ELITA DUNDU)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.