Menjadi penjual batu tak pernah terbayang oleh pria berusia 35 tahun itu. Dia sempat gonta-ganti pekerjaan, mulai dari pekerja restoran, hingga karyawan di perusahaan bidang distributor.
Dari penghasilan kerjanya, Ade mulai gemar membeli lalu mengoleksi batu. Lambat laun, hobinya ini berubah menjadi lapangan pekerjaan baginya.
"Mulanya ada yang tawar beli batu koleksi saya Rp 750.000. Waktu itu tahun 2000-an. (Padahal) saya beli batunya cuma Rp 150.000. Uang segitu tahun 2000 kan lumayan dong. Akhirnya saya terjebak dari hobi dan menjadi penjual batu," kata Ade, saat berbincang dengan Kompas.com di kiosnya yang berada di lantai 1, JGC, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (15/2/2015).
Mendapat untung besar dari menjual batu koleksinya, Ade akhirnya membuka toko batu di JGC mulai tahun 2002. Rupanya, perjalanan selanjutnya bagi Ade tak semulus perkiraannya.
Sekitar 5 tahun, pasang surut bisnis ini dilaluinya, terutama dari segi harga. Pada tahun kelima sejak dia memulai bisnis ini, harga batu melorot. Waktu itu, harga batu hanya berkisar ratusan ribu. Titik paling bawah dirasakannya pada tahun 2007.
"Waktu itu banjir besar. Peminat batu turun, dan sepinya lumayan lama. Bahkan, pasokan bahan batu dari daerah pun terlambat karena akses jalannya kena banjir," ujar Ade.
Setelah 2007 berlalu, Ade bersama para pedagang di JGC mulai merasakan manisnya perjuangan mereka. Pasalnya, harga batu mulai merangkak naik.
Puncaknya, saat booming batu mulia yang terjadi pada tahun 2013. Keuntungan menjual batu, lanjut Ade, meningkat menjadi 50 persen dari tahun-tahun sebelumnya. Ade menyebut, kehidupannya lebih baik sejak menjadi penjual batu.
Saat ini, pria lulusan D3 Manajemen Informatika itu rata-rata, setiap bulan, bisa meraup omzet ratusan juta per bulan.
"Rata-rata Rp 100 juta per bulan ada," ujar Ade ketika disinggung mengenai omzet pendapatannya.
Batu yang dijual Ade di tokonya beragam. Ada koleksi batu lokal, yakni batu bacan dari Ternate; batu lumut aceh dari Aceh, Sumatera Utara; batu pandan yang banyak berasal dari Sukabumi; dan batu akik gambar asal beragam daerah, salah satunya dari Garut.
Selain itu, ada pula batu yang berasal dari luar negeri, seperti batu ruby, zamrud, hingga batu safir. Ia mencontohkan, harga batu akik gambar di tokonya mulai dari Rp 1.500.000 hingga puluhan juta rupiah. Untuk batu ruby dan zamrud, bahkan ada yang dijualnya Rp 25.000.000. Harga batu menurutnya bergantung pada kualitas dan kenaturalannya.
"Semakin natural dan semakin berat batunya, harganya tentu lebih tinggi," ujar pria yang kini genap 12 tahun berjualan batu di JGC.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.