Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Anggaran DKI Dikoreksi Kemendagri, Ini Kata Ahok

Kompas.com - 02/04/2015, 21:38 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengoreksi berbagai rencana program kerja Pemprov DKI di dalam Rancangan Peraturan Gubernur (Rapergub) APBD 2015 hingga 280 halaman. Salah satunya soal fantastisnya besaran belanja pegawai yang mencapai Rp 19,52 triliun. Padahal idealnya alokasi belanja pegawai hanya sekitar Rp 5 triliun.

Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mengatakan, seluruh koreksi Kemendagri ini belum bersifat final. "Evaluasi ini belum final kok, masih harus diperinci lagi bersama-sama. Makanya Mendagri panggil semua SKPD, jadi masih terus berjalan kok," kata Basuki, Kamis (2/4/2015).

Oleh karena itu, dalam rapat klarifikasi Rapergub APBD 2015, Basuki sengaja mengajak seluruh perwakilan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Hal ini untuk mengetahui anggaran SKPD mana saja yang masih terindikasi pemborosan.

Salah satu contoh program yang disoroti Kemendagri adalah kecilnya usulan anggaran untuk infrastruktur, hanya sekitar Rp 2 triliun. Basuki mengatakan kecilnya anggaran yang diusulkan untuk kegiatan infrastruktur, karena sebagian besar merupakan program yang dibayar dengan anggaran jamak (mutiyears).

"Saya juga mau satu tahun selesai perbaikan jalan ternyata enggak bisa. Sama halnya saat saya ingin masalah tata air selesai dan kami tinggal alokasi Rp 5-6 triliun untuk menyelesaikannya, tapi ternyata mau pindahkan orang yang ratusan ribu itu jumlahnya kan butuh rusun," kata Basuki.

Pembangunan rumah susun pun, kata dia, tidak bisa langsung satu tahun rampung. Perlu anggaran jamak untuk pembiayaan pembangunan rusun. Kemudian untuk kecilnya alokasi anggaran pendidikan yang disoroti Kemendagri, Basuki memiliki alasan sendiri.

"Kenapa anggaran pendidikan lebih kecil? Karena kepala sekolah dahulu takut jadi pimpinan proyek bangun sekolah. Karena takutnya, mereka enggak mengerti makanya ditaruh Dinas Perumahan, tapi masih harus klarifikasi ke SKPD dulu," kata Basuki.

Begitu pula dengan alokasi belanja pegawai yang lebih tinggi dibanding program lainnya. Basuki berpendapat, alokasi program itu besar karena dirinya tidak ingin belanja barang dimasukkan juga dengan biaya honorarium. Sehingga 100 persen benar-benar dialokasikan untuk belanja barang.

"Terus saya tanya kalau enggak pakai biaya honorarium di suatu proyek, kira-kira PNS butuh biaya per bulan berapa sih. Ada yang jawab di atas Rp 50 juta hingga Rp 60 juta, enggak apa-apa deh, tapi tetap harus ada poin-poin yang harus dipenuhi. Kalau TKD Statis dan dinamis tinggal disesuaikan bahasanya," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com