Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya MRT Diperkirakan Membengkak, Ahok Mengaku Tidak Masalah

Kompas.com - 01/06/2015, 04:28 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Biaya pembangunan mass rapid transit (MRT) di Jakarta terancam membengkak hingga sebesar 12,5 juta yen atau setara Rp 1,3 triliun. Hal ini dikarenakan adanya masalah pembebasan tanah yang membutuhkan biaya lagi.

Lantas apa kata Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkait hal ini?

"Jadi kalau dalam kontrak rancang bangun, dia kan tidak melakukan sounding (memperkirakan) segala macam, soal tanah," kata Ahok, di acara pencanganan HUT DKI ke-488 di Museum Fatahilah, Jakarta Barat, Minggu (31/5/2015).

Karena tidak ada pendugaan sebelumnya dalam kontrak rancang bangun, Ahok mengatakan maka kemungkinan akan adanya pembengkakan biaya pembangunan bisa saja terjadi. Selain pembengkakan, Ahok juga penyebut pengurangan biaya dapat pula terjadi.

"Itulah kelebihan kekurangan lelang dengan sistem rancang bangun. Tapi enggak apa-apa, yang penting barangnya (MRT-nya) jadi," ujar Ahok.

Tak kunjung tuntasnya pembebasan lahan di sejumlah tempat, perubahan terhadap standar penggunaan besi baja, dan perubahan rancangan, menyebabkan membengkaknya biaya MRT sebesar Rp 1,3 triliun. Besaran tersebut didapat dari hasil penghitungan konsultan Jepang yang membawahi proyek pembangunan MRT tahap satu.

Hal itu disampaikan Asisten Sekretaris Daerah DKI Jakarta Bidang Pembangunan Mara Oloan Siregar seusai mengadakan rapat dengan direksi PT MRT Jakarta.

"Ada penambahan biaya Rp 1,3 triliun. Itu perkiraan sementara," ujar Oloan di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Khusus untuk masalah pembebasan lahan, Oloan membenarkan hal itu terkait dengan permintaan warga di Cipete dan Jalan Haji Nawi, Jakarta Selatan, yang meminta harga pembebasan lahan jauh di atas nilai jual obyek pajak (NJOP). Tak kunjung tuntasnya pembebasan lahan di kedua lokasi itu menyebabkan kontraktor proyek harus mengalami kerugian karena tidak bisa mengakses lokasi pekerjaannya. Dengan demikian, mau tidak mau harus dilakukan perpanjangan kontrak.

Sementara khusus untuk masalah yang terkait dengan perubahan terhadap standar penggunaan besi baja dan perubahan rancangan, Oloan mengaku kurang memahami persoalannya secara teknis. Namun, ia menyebut keduanya berhubungan dengan konstruksi antigempa. Oloan mengatakan, nantinya Pemprov DKI dan pemerintah pusat akan mendiskusikan perihal pihak yang akan menanggung biaya tambahan itu.

"Nanti ada tim yang akan menentukan. Koordinasi antara Pemprov, Kemenhub, BPKP bahas juga dari mana sumbernya," ucap dia.

Biaya pembangunan MRT tahap pertama dikucurkan dalam dua tahap oleh Pemerintah Jepang. Kucuran pertama sebesar 50 miliar yen dan kucuran yang kedua sebesar 75 miliar yen. Rute MRT tahap satu akan menghubungkan Lebak Bulus-Bundaran HI. Rute yang membentang sepanjang 9,8 kilometer ini direncanakan akan beroperasi paling lambat pada tahun 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com