Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beragam Bentuk Kekerasan dalam Pacaran, Waspada!

Kompas.com - 24/06/2015, 21:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Berdasarkan data Komnas Perempuan, kekerasan dalam pacaran menempati urutan kedua terbanyak kekerasan dalam ranah personal sebesar 21 persen setelah kekerasan terhadap istri sebesar 59 persen. 

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan mengingatkan perempuan untuk mewaspadai kekerasan pada masa pacaran. Pelaku dan korban sering tidak menyadari saat hubungan mereka sudah tidak sehat.

"Tidak mudah mengenali kekerasan dalam pacaran saat masih menjalaninya. Untuk itu, kenali kekerasan dalam pacaran sebelum berdampak buruk seperti perubahan mental, ketidakpercayaan diri, ketakutan atau trauma," kata Komisioner Komnas Perempuan Mariana Amiruddin di Jakarta, Rabu (24/6/2015).

Sebagian besar korban kekerasan dalam pacaran yang dilaporkan ke Komnas Perempuan berusia sekitar 20 tahun. 

Catatan kekerasan lain adalah kekerasan terhadap anak perempuan 10 persen, kekerasan oleh mantan pacar satu persen, kekerasan mantan suami dan kekerasan terhadap pekerja rumah tangga.

Bentuk kekerasan

Menurut Mariana, kekerasan dalam pacaran bisa muncul dalam beragam bentuk perilaku seperti pasangan memeriksa ponsel, email atau media sosial tanpa meminta izin, cemburu ekstrem hingga membuat situasi tidak aman, meremehkan atau mengejek, marah meledak-ledak dan mengisolasi dari keluarga dan teman-teman.

Selanjutnya, membuat tuduhan palsu, perubahan suasana hati tidak menentu, secara fisik menimbulkan rasa sakit atau terluka dengan cara apapun, posesif, menentukan sepihak pada pasangan tentang apa yang harus dilakukan serta berulang kali menekan pasangan untuk melakukan hubungan seks.

Kekerasan tersebut, tutur dia, terjadi karena korban dalam posisi yang lebih lemah dan tidak berdaya. Untuk menghadapinya korban perlu memperlihatkan dirinya kuat sehingga pelaku menyadari perilakunya merugikan pasangannya.

"Keberanian untuk menghadapi kekerasan dalam hubungan sangat penting, terutama bila pasangan sebagai pelaku masih bisa diajak diskusi atau masih dalam kondisi yang aman," ujar Mariana.

Mariana mengatakan, jika telah melakukan cara tersebut tetapi masih terjebak dalam hubungan dengan kekerasan, sebaiknya menyiapkan mental untuk keluar dari lingkaran kekerasan dan berani membuat keputusan meninggalkan pasangan.

Remaja atau pemuda dapat mengalami pelecehan atau perilaku hubungan yang tidak sehat, terlepas dari jenis kelamin, orientasi seksual, status sosial ekonomi, etnis, agama dan budaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

RS Bhayangkara Brimob Depok Pulangkan 7 Pasien Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Depok Pulangkan 7 Pasien Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Disdik DKI: Orangtua Murid Masih Ada yang Keberatan Soal Larangan Perpisahan di Luar Kota

Disdik DKI: Orangtua Murid Masih Ada yang Keberatan Soal Larangan Perpisahan di Luar Kota

Megapolitan
Disdik DKI Jakarta Larang Perpisahan dan 'Study Tour' ke Luar Kota

Disdik DKI Jakarta Larang Perpisahan dan "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
Ada Ormas hingga Oknum Aparat di Balik Parkir Liar di Jakarta...

Ada Ormas hingga Oknum Aparat di Balik Parkir Liar di Jakarta...

Megapolitan
Antrean Truk Kerap Bikin Macet, Pihak Pelabuhan Tanjung Priok Diminta Cari Solusi

Antrean Truk Kerap Bikin Macet, Pihak Pelabuhan Tanjung Priok Diminta Cari Solusi

Megapolitan
Viral Video Kelompok Remaja Saling Serang di Bogor, Polisi Lakukan Penelusuran

Viral Video Kelompok Remaja Saling Serang di Bogor, Polisi Lakukan Penelusuran

Megapolitan
Lowongan Kerja Jakarta Fair 2024 dan Cara Daftarnya

Lowongan Kerja Jakarta Fair 2024 dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok Kembali Macet Total, Pengendara Diimbau Cari Jalur Alternatif

Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok Kembali Macet Total, Pengendara Diimbau Cari Jalur Alternatif

Megapolitan
Pengakuan Jukir Minimarket: Uang Hasil Parkir Dikumpulkan, lalu Masuk Kas RT dan Ormas

Pengakuan Jukir Minimarket: Uang Hasil Parkir Dikumpulkan, lalu Masuk Kas RT dan Ormas

Megapolitan
Selain Antrean Kontainer, 5 Kapal Bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok Juga Berakibat Kemacetan

Selain Antrean Kontainer, 5 Kapal Bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok Juga Berakibat Kemacetan

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Bakal Ditegur jika Kedapatan “Study Tour” ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Bakal Ditegur jika Kedapatan “Study Tour” ke Luar Kota

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 15 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 15 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 15 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 15 Mei 2024

Megapolitan
KPU DKI Bakal Sosialisasi Pencalonan Gubernur Jalur Parpol pada Agustus 2024

KPU DKI Bakal Sosialisasi Pencalonan Gubernur Jalur Parpol pada Agustus 2024

Megapolitan
Dua Hari Berturut-turut Pelabuhan Tanjung Priok Macet Total akibat Antrean Kontainer

Dua Hari Berturut-turut Pelabuhan Tanjung Priok Macet Total akibat Antrean Kontainer

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com