Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Sekolah Master, Nilai Tes Akselerasi Pengamen Masuk UI Memuaskan

Kompas.com - 29/07/2015, 14:29 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


DEPOK, KOMPAS.com — Beratnya hidup yang dijalani Dzulfikar Akbar Cordova alias Dodo sebagai anak jalanan tidak membuat dia menjadi pribadi yang berbeda.

Sejak dulu hingga akhirnya diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI), Dodo tetap dikenal sebagai pribadi yang beretika dan punya sopan santun.

Hal itu diutarakan Nurrohim, Ketua dan Penggagas Sekolah Master, Depok, Jawa Barat, sekaligus pembimbing Dodo di sekolah tersebut.

Nurrohim menceritakan awal mula dia bertemu dengan Dodo. Saat itu, ada seorang bapak dengan dua anaknya meminta izin untuk menumpang tidur di masjid dekat Sekolah Master.

"Ada bapak dan dua anak. Saya tanya, 'Bapak dari mana?' Bapak itu bilang, dia dari masjid ke masjid, numpang. Dia mohon izin tidur di sana karena belum ada duit buat kontrak rumah, baru cukup buat makan dia dan dua anaknya itu," kata Nurrohim kepada Kompas.com, Rabu (29/7/2015).

Saat itu, Nurrohim melihat pria dengan dua anaknya itu rajin mencari uang. Pria tersebut bekerja sebagai pedagang asongan. Sesekali, dia juga menjajakan roti di depan masjid yang dia tumpangi. Sementara itu, kedua anaknya mengamen di sekitar masjid tersebut.

Dodo adalah anak pertama dari pria tersebut. Adik Dodo, yang juga laki-laki, pun sering menemani Dodo mengamen.

Setelah berbincang-bincang, Nurrohim memperkenalkan diri sebagai pendiri di Sekolah Master. Tanpa disangka, ternyata Dodo memang telah mengincar untuk bisa masuk di Sekolah Master sebelum bertemu dengan Nurrohim.

"Kebetulan Master kan sering ditayangin di TV, di media. Dodo bilang, dia tahu Master dari TV dan koran. Karena saya penasaran juga sama Dodonya, saya tanya-tanya dia juga," tutur Nurrohim.

Melihat keinginan Dodo yang besar untuk bersekolah dan semangat ayahnya yang tidak mau membiarkan anaknya putus sekolah, Nurrohim langsung memasukkan Dodo dan adiknya ke Sekolah Master.

Dodo awalnya menjalani sejumlah tes dan diprogramkan untuk masuk ke kelas akselerasi karena umurnya sudah terlampau jauh dari umur anak SMA pada umumnya. Dodo sempat putus sekolah ketika baru duduk di bangku SMA.

Saat itu, ayahnya, yang juga telah bercerai, terkena PHK dari tempat kerjanya di Lampung. Sejak saat itu, Dodo dan adiknya yang duduk di bangku SMP terpaksa putus sekolah untuk sementara waktu. Hasil tes untuk kelas akselerasi Dodo ternyata memuaskan.

Dodo disebut mendapat nilai yang cukup tinggi. Selama satu tahun di kelas akselerasi itu, Dodo juga berprestasi, tidak hanya dalam hal nilai, tetapi juga pada berbagai kegiatan yang mengedepankan soft skill.

Dari sana, Nurrohim pun mengarahkan Dodo untuk bisa masuk perguruan tinggi favorit dan meneruskan jenjang pendidikannya hingga diterima di UI. Di mata Nurrohim dan pengurus Sekolah Master lainnya, Dodo tidak seperti anak jalanan pada umumnya.

"Biar anak jalanan, etika dan sopan santunnya dipakai. Dia bisa bergaul sama semua orang dan menempatkan dirinya. Dia termasuk anak jalanan yang bisa bawa diri," ucap Nurrohim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com