Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Timor Leste "Curhat" soal Perempuan WNI Bawa Masuk Narkoba

Kompas.com - 07/08/2015, 15:30 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam kunjungan ke Badan Narkotika Nasional (BNN), Kepolisian Timor Leste bercerita mengenai masalah narkoba di negeri itu. Hal ini diungkapkan Deputi Pemberantasan Narkoba BNN, Inspektur Jenderal Dedi Fauzi El Hakim.

Kepolisian Timor Leste mengaku sudah menangkap dua perempuan Indonesia yang membawa narkoba ke negara itu.

"Kemarin ada perwakilan Polisi Timor Leste datang. Beliau melaporkan bahwa jaringan sindikat internasional Nigeria yang pakai kurir-kurir wanita Indonesia, sudah mulai masuk ke Timor Leste," kata Dedi, kepada wartawan, di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (7/8/2015).

Dedi mengatakan, ini menambah daftar panjang kasus WNI yang tertangkap di luar negeri dalam kasus narkoba. Menurut Dedi, Kementerian Luar Negeri menyatakan sebanyak 212 warga Indonesia telah ditangkap di luar negeri karena masalah narkoba.

"Yang paling banyak wanita asal Indonesia yang tertangkap. Mereka tidak bisa mengelak karena barang bukti ada padanya," ujar Dedi.

Dedi menyebutkan, bandar-bandar narkoba tertarik menggunakan perempuan Indonesia sebagai kurir. Salah satu modus yang paling sering memacari perempuan Indonesia. Ada pula yang memberi imbalan uang.

"Sekarang begitu terkenal di Asia Pasifik, (wanita Indonesia) sebagai kurirnya orang Nigeria. Kenapa? Apakah karena kondisi ekonomi, keadaan, atau kelihaian laki-laki Nigeria yang tebar pesona? Karena tidak sedikit banyak yang ternyata benar karena jatuh cinta," ujar Dedi.

Dedi berharap Komnas Perempuan berperan dalam pencegahan ini. Masih adanya perempuan yang terjerat kasus narkoba itu disebabkan pelaksanaan hukum di Indonesia yang belum tegas terhadap pengedar narkoba. Ancaman hukuman mati, kata Dedi, kadang diganti dengan penjara beberapa tahun saja.

"Sebelum pemerintahan Pak Jokowi, enggak ada yang dieksekusi mati, paling satu dua, kenapa, karena vonisnya dapat ditunda dengan banding, kemudian PK (peninjauan kembali) lagi. Dan tidak menutup kemungkinan selama proses hukum ada upaya dengan uang. Karena (pengedar) ini punya uang tidak terbatas (banyak)," ujarnya.

Ia mengingatkan kasus Abdulah, bandar narkoba yang kabur dari penjara BNN. Abdulah memiliki kekayaan ratusan miliar rupiah.

Oleh karenanya, pelaksanaan hukuman mati menurutnya sudah pas bagi para pengedar dan bandar. Bukan semata hanya vonis tanpa eksekusi.

"Vonis hukuman mati tidak membuat jera. Tapi yang buat jera, eksekusi. Sehingga berhenti total itu. Kemudian dengan (pasal) TPPU, dimiskinkan mereka," ujar Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi: Anggota Ormas yang Dianiaya di Jaksel Derita Tujuh Luka Tusukan

Polisi: Anggota Ormas yang Dianiaya di Jaksel Derita Tujuh Luka Tusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pelaku Penusukan yang Picu Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu

Polisi Tangkap Pelaku Penusukan yang Picu Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Masih Amankan Truk yang Ditabrak Porsche Cayman di Tol Dalam Kota

Polisi Masih Amankan Truk yang Ditabrak Porsche Cayman di Tol Dalam Kota

Megapolitan
Ikut Mengeroyok, Kakak Pelaku yang Tusuk Tetangga di Depok Juga Jadi Tersangka

Ikut Mengeroyok, Kakak Pelaku yang Tusuk Tetangga di Depok Juga Jadi Tersangka

Megapolitan
Harga Tiket Masuk Wuffy Space Raya Bintaro dan Fasilitasnya

Harga Tiket Masuk Wuffy Space Raya Bintaro dan Fasilitasnya

Megapolitan
Insiden Penganiayaan Jadi Penyebab Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu, Kubu Korban Ingin Balas Dendam

Insiden Penganiayaan Jadi Penyebab Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu, Kubu Korban Ingin Balas Dendam

Megapolitan
Begini Kondisi Mobil Porsche Cayman yang Tabrak Truk di Tol Dalam Kota, Atap dan Bagian Depan Ringsek

Begini Kondisi Mobil Porsche Cayman yang Tabrak Truk di Tol Dalam Kota, Atap dan Bagian Depan Ringsek

Megapolitan
Curhat Penggiat Teater soal Kurangnya Dukungan Pemerintah pada Seni Pertunjukan, Bandingkan dengan Singapura

Curhat Penggiat Teater soal Kurangnya Dukungan Pemerintah pada Seni Pertunjukan, Bandingkan dengan Singapura

Megapolitan
PKS Nilai Wajar Minta Posisi Cawagub jika Usung Anies pada Pilkada Jakarta 2024

PKS Nilai Wajar Minta Posisi Cawagub jika Usung Anies pada Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
PKB Minta Supian Suri Bangun Stadion jika Terpilih Jadi Wali Kota Depok

PKB Minta Supian Suri Bangun Stadion jika Terpilih Jadi Wali Kota Depok

Megapolitan
Lika-liku Suwito, Puluhan Tahun Berjuang di Jakarta buat Jadi Seniman Lukis

Lika-liku Suwito, Puluhan Tahun Berjuang di Jakarta buat Jadi Seniman Lukis

Megapolitan
Kembali Diperiksa, Korban Pelecehan Rektor Universitas Pancasila Ditanya Lagi soal Kronologi Kejadian

Kembali Diperiksa, Korban Pelecehan Rektor Universitas Pancasila Ditanya Lagi soal Kronologi Kejadian

Megapolitan
Polisi Tetapkan 12 Pelajar sebagai Tersangka Kasus Tawuran Maut di Bogor

Polisi Tetapkan 12 Pelajar sebagai Tersangka Kasus Tawuran Maut di Bogor

Megapolitan
Heru Budi Kerahkan Anak Buah Buat Koordinasi dengan Fotografer Soal Penjambret di CFD

Heru Budi Kerahkan Anak Buah Buat Koordinasi dengan Fotografer Soal Penjambret di CFD

Megapolitan
Amarah Warga di Depok, Tusuk Tetangga Sendiri gara-gara Anjingnya Dilempari Batu

Amarah Warga di Depok, Tusuk Tetangga Sendiri gara-gara Anjingnya Dilempari Batu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com