Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengojek Pangkalan Keberatan Turunkan Spanduk Penolakan Go-Jek

Kompas.com - 07/08/2015, 16:46 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski pihak kepolisian sudah mengimbau agar pengojek pangkalan tidak memasang spanduk intimidasi kepada pengojek berbasis aplikasi, fenomena itu masih terjadi.

Para pengojek pangkalan di Kompleks Angkatan Darat, Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, secara terang-terangan menolak pengojek berbasis aplikasi masuk ke wilayah mereka. Para pengojek yang disebut berjumlah ratusan dan memiliki enam pangkalan di kompleks tersebut memasang spanduk bertuliskan:

"Perhatian...perhatian...perhatian. Gojeg dilarang keluar masuk kawasan KPAD Jatiwaringin," demikian tulisan pada spanduk dari pengojek pangkalan itu.

Seorang pengojek pangkalan, Suwandi alias Ujang (58), mengatakan, spanduk itu sudah dipasang seminggu belakangan. Tujuannya adalah melarang pengojek berbasis aplikasi (Go-Jek) mengambil penumpang mereka.

"Kita ngelarang Go-Jek yang masuk ke sini dengan alasan mengganggu income kita," ujar Ujang kepada Kompas.com, Jumat (7/8/2015).

Sumber pemasukan

Ujang mengatakan, para pengojek di sana sudah sepakat untuk melarang masuk pengojek berbasis aplikasi, dan mereka hanya diperbolehkan sampai di depan pangkalan.

Sejak Lebaran, pendapat para pengojek pangkalan menurun karena pengojek berbasis aplikasi tersebut. "Contoh bulan puasa kemarin, kita nunggu sewa berjam-jam, dia main masuk ke dalam. Kita ngelus dada aja," ujar Ujang.

Apalagi, kata Ujang, mereka cuma pengojek kompleks, yang mengandalkan pendapatan dari warga perumahan tersebut. Sedangkan pengojek berbasis aplikasi tidak memiliki pangkalan dan bisa mencari rezeki di mana saja.

Oleh karenanya, mereka menggunakan spanduk dan teguran bagi pengojek berbasis aplikasi yang datang. "Kita kasih tahu saja, 'Bapak lihat (spanduk) di atas enggak'. Kita enggak pakai fisik. Dan sebagian mereka ngerti," ujar Ujang.

Ujang mengatakan, pihaknya berkeberatan jika harus diminta kepolisian untuk menurunkan spanduk. "Tetap akan dipasang, enggak bakal diturunkan. Nanti diturunkan, kalau (mereka) masuk," ujarnya.

Sementara itu, Sigit (50), pengojek lainnya, mengatakan hal senada. Warga di kompleks itu adalah sumber pemasukan bagi mereka. Menurut Sigit, mereka mengimbau secara persuasif agar para pengojek berbasis aplikasi tidak masuk ke wilayah operasi mereka.

"Kalau masalah komplain kita enggak berat, cuma larangan satu, enggak boleh masuk. Itu aja," ujar Sigit.

Kompas Video Problematika Go-Jek
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Naik Selama 17 Tahun, Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov Kaji Usulan Kenaikan Tarif Transjakarta

Tak Naik Selama 17 Tahun, Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov Kaji Usulan Kenaikan Tarif Transjakarta

Megapolitan
Jukir di Cakung: Pengangguran dan Angka Kriminalitas Bisa Tinggi jika Jukir Liar di Minimarket Dilarang

Jukir di Cakung: Pengangguran dan Angka Kriminalitas Bisa Tinggi jika Jukir Liar di Minimarket Dilarang

Megapolitan
Hendak Berangkat Psikotest, Calon Siswa Bintara Polisi Dibegal di Kebon Jeruk

Hendak Berangkat Psikotest, Calon Siswa Bintara Polisi Dibegal di Kebon Jeruk

Megapolitan
Tak Ada Sistem Setoran, Jukir Minimarket di Cakung Bisa Kantongi Rp 100.000 per Hari

Tak Ada Sistem Setoran, Jukir Minimarket di Cakung Bisa Kantongi Rp 100.000 per Hari

Megapolitan
Cerita Indra, Terpaksa Jadi Jukir Liar di Minimarket karena Kesulitan Mencari Pekerjaan Lain

Cerita Indra, Terpaksa Jadi Jukir Liar di Minimarket karena Kesulitan Mencari Pekerjaan Lain

Megapolitan
Batal Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Sudirman Said: Masih Ada Jalur Parpol

Batal Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Sudirman Said: Masih Ada Jalur Parpol

Megapolitan
Sudirman Said Buka Suara soal Batal Maju sebagai Cagub DKI Jalur Independen

Sudirman Said Buka Suara soal Batal Maju sebagai Cagub DKI Jalur Independen

Megapolitan
Delapan Juru Parkir di Jakbar Dibawa ke Kantor Dishub, Diminta Bikin Surat Tak Jadi Jukir Lagi

Delapan Juru Parkir di Jakbar Dibawa ke Kantor Dishub, Diminta Bikin Surat Tak Jadi Jukir Lagi

Megapolitan
Jukir di Minimarket Dilarang, Bagus Bakal Beralih Jadi Ojol “Full Time”

Jukir di Minimarket Dilarang, Bagus Bakal Beralih Jadi Ojol “Full Time”

Megapolitan
Pengakuan Jukir Minimarket Tebet: Saya Setor ke Oknum yang Pegang Wilayah Sini...

Pengakuan Jukir Minimarket Tebet: Saya Setor ke Oknum yang Pegang Wilayah Sini...

Megapolitan
Simulasi Pendapatan Parkir Liar di Jakarta, Bisa Raup Rp 1,28 Miliar Per Hari

Simulasi Pendapatan Parkir Liar di Jakarta, Bisa Raup Rp 1,28 Miliar Per Hari

Megapolitan
Evaluasi 'Study Tour', DPRD Kumpulkan Para Kepala Sekolah di Kota Depok

Evaluasi "Study Tour", DPRD Kumpulkan Para Kepala Sekolah di Kota Depok

Megapolitan
Sempat Dilaporkan Menghilang, Pria di Cakung Ditemukan Tewas di Kali Sodong Pulogadung

Sempat Dilaporkan Menghilang, Pria di Cakung Ditemukan Tewas di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Kaget Hendak Ditertibkan Dishub, Jukir Liar di Cengkareng Mengaku Ojek 'Online'

Kaget Hendak Ditertibkan Dishub, Jukir Liar di Cengkareng Mengaku Ojek "Online"

Megapolitan
Dua Hari Berturut-turut Kawasan Tanjung Priok Macet Total, Pelabuhan Didesak Atasi Antrean Kontainer

Dua Hari Berturut-turut Kawasan Tanjung Priok Macet Total, Pelabuhan Didesak Atasi Antrean Kontainer

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com