Antrean yang dimaksud adalah antrean pengojek pangkalan untuk mengantarkan penumpang. Mereka membagi giliran menggunakan nomor sehingga para pengojek pangkalan tidak berebut penumpang dan semuanya merasakan keadilan.
Pengojek yang bergabung dengan ojek aplikasi tidak mendapat nomor antrean tersebut. Namun, mereka tetap bisa datang ke pangkalan dan berkumpul bersama para pengojek pangkalan. Itulah yang menyebabkan antrean para pengojek pangkalan lebih sedikit.
Meski begitu, para pengojek aplikasi tetap bisa ngojek di pangkalan satu hari dalam sepekan. “Kalau hari Minggu yang Go-Jek sama Grab Bike boleh ngojek di pangkalan juga,” kata Zulfandi.
Zulfandi dan beberapa pengojek lainnya yang memilih tetap menjadi pengojek pangkalan memiliki alasan tersendiri. Menurut Zulfandi, masih banyak penumpang yang menggunakan jasa ojek pangkalan.
“Masih banyak yang pakai konvensional juga, apalagi kalau yang diburu waktu kan, kalau online nunggu dulu,” ujar lelaki paruh baya yang sudah menjadi pengojek sekitar 15 tahun itu.
Karena adanya anggota ojek pangkalan yang bergabung dengan ojek aplikasi, penghasilan harian pengojek pangkalan di sana pun bisa mencapai Rp 300.000. “Kalau sekarang kan ojeknya (di pangkalan) berkurang, bisa Rp 300.000 – Rp 400.000 sehari,” lanjut Zulfandi.
Zulfandi dan Hardiyono mengatakan, anggota di pangkalan ojek Dragon PO tidak mempermasalahkan adanya ojek aplikasi. “Yang kolot-kolot yang sentimen. Padahal kalo mau gabung, gabung aja. Biasa aja kok. Rezeki yang di atas yang ngasih kok,” ujar mereka. (Nursita Sari)