Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipertanyakan, Alasan Pembagian Unit Rusun yang Berdasarkan Peta Bidang

Kompas.com - 31/08/2015, 08:21 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta Syarif menilai, sejumlah masalah dihadapi warga pasca-pembongkaran Kampung Pulo. Masalah tersebut berkaitan dengan pembagian unit di Rusunawa Jatinegara Barat yang dinilai kurang ideal.

"Menurut info warga saat sosialisasi, semua KK korban penggusuran akan dipaksa satu pilihan bahwa semua warga akan dapat rusunawa, padahal di situ ada 927 KK, sementara yang disasar penertiban cuma 520 peta bidang atau rumah, berarti ada sekitar 400 KK yang tercecer belum terselesaikan," ujar Syarif kepada Kompas.com, Senin (31/8/2015).

Syarif juga mempertanyakan mengapa pembagian rusun ditentukan berdasarkan peta bidang dan bukan berdasarkan KK. Menurut dia, hal ini menunjukkan bahwa perencanaan relokasi belum dilakukan secara matang. Hal ini menyebabkan masalah baru kembali muncul setelah pembongkaran.

Terkait warga yang belum mendapat unit rusun ideal, ada kemungkinan ditempatkan di rusun lain. Jika demikian, menurut Sofyan, janji Pemerintah Provinsi DKI untuk menempatkan mereka di rusun terdekat tidak terpenuhi. Kecuali, warga memang bersedia dengan sukarela tinggal di rusun yang jauh dari tempat asalnya.

"Jika sisanya ditampung di Rusun Cipinang Besar atau di tempat lain, berarti janji untuk relokasi terdekat tidak terwujud," ujar dia.

Menanggapi Syarif, Lurah Kampung Pulo Bambang Pangestu pernah mengatakan bahwa rusun telah dibangun terlebih dahulu sebelum mengetahui jumlah peta bidang. Berdasarkan saran ahli, jumlah tingkat rusun serta tower yang bisa dibangun di Jalan Jatinegara Barat maksimal adalah 16 lantai. Jika dijumlahkan, total unit yang tersedia adalah 520 unit.

"Kebetulan jumlahnya sama dengan jumlah peta bidang," ujar dia.

Belum ada solusi jitu

Kompleksitas permasalahan yang timbul pasca-pembongkaran juga disadari oleh Pemerintah Provinsi DKI. Permasalahan kecil yang mendasar ini menjadi perhatian penuh dan masih dicari solusinya oleh Pemprov DKI Jakarta.

"Sekarang begini, unit rusun yang dibuat di Rusun Jatinegara Barat ekuivalen dengan bidang tanah di Kampung Pulo. Unit rusunnya ada 520, tetapi jumlah KK ada 916. Hampir dua kali lipat. Memang belum semua penuh, masih sisa 60 unit. Tetapi, kalau masing-masing diberi satu unit, pasti tidak akan cukup," kata Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah DKI Jakarta Ika Lestari Aji kepada Kompas.com, Sabtu (29/8/2015).

Ika mengatakan, hingga saat ini, pihaknya belum menentukan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Salah satu yang kemungkinan menjadi opsi adalah memasukkan semua warga Kampung Pulo terlebih dahulu ke Rusun Jatinegara Barat. Dengan demikian, kemungkinan ada satu unit rusun yang akan ditempati oleh lebih dari satu KK. Langkah ini dianggap merupakan jalan keluar terbaik meski Pemprov DKI punya unit rusun di tempat lain yang bisa diberikan untuk warga Kampung Pulo, seperti Rusun Pulo Gebang dan Rusun Cipinang Besar Selatan. Namun, hal itu tidak menjadi pilihan karena masih banyak warga penertiban dari wilayah lain yang harus menempati unit rusun di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com