Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Kenapa KRL 12 Gerbong Sudah Dioperasikan Saat Peron Belum Siap

Kompas.com - 18/09/2015, 19:14 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski panjang peron belum memungkinkan, rangkaian kereta rel listrik (KRL) Commuter Line dengan formasi 12 kereta diketahui sudah mulai beroperasi mengangkut penumpang sejak Rabu (16/9/2015). Untuk tahap awal, hanya ada satu rangkaian kereta yang dioperasikan untuk melayani rute Jakarta Kota-Bogor.

Direktur Komersial PT Kereta Api Indonesia (KAI) Herlianto mengatakan, pengoperasian satu rangkaian kereta tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui apa saja pembenahan yang mesti dilakukan. (Baca: KRL 12 Gerbong Sudah Beroperasi, Ini Jadwal Pemberangkatannya)

"Memang kita mengalami keterbatasan peron. Makanya kita operasikan keretanya sekalian uji coba untuk mengetahui apa saja kelemahan dan pembenahan yang perlu dilakukan," kata Herlianto di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Jumat (18/9/2015).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Muhammad Nurul Fadilla menyampaikan hal serupa dengan Herlianto.

Ia menyebut faktor uji cobalah yang membuat pihaknya hanya mengoperasikan satu rangkaian kereta. (Baca: Kini, Ada Stiker Khusus yang Bisa Digunakan untuk Naik KRL)

"Sekarang yang sudah siap 10 rangkaian. Baru kita jalankan satu. Karena kita mempertimbangkan unsur keselamatan. Tidak bisa dijalankan semua karena harus tunggu peronnnya jadi dulu," ujar dia.

Fadilla mengatakan jumlah total stasiun yang akan mengalami perpanjangan peron ada 23 stasiun, 16 di antaranya ditargetkan selesai paling lambat pada akhir tahun ini.

Sembari menunggu renovasi peron rampung, PT KCJ sudah melakukan berbagai upaya, seperti pemasangan rambu-rambu di atas tiap pintu dan di dinding kereta; penempatan petugas keamanan di kereta yang tidak dapat peron; dan pemasangan spanduk di stasiun-stasiun yang sedang ada perpanjangan peron. (Baca: Nantinya Isi Ulang dan Beli Kartu KRL Tidak Perlu Lagi di Loket)

"Yang jelas dengan adanya rangkaian 12 kereta ini, terutama saat jam-jam sibuk, dampaknya besar sekali. Penumpang Bogor ini jumlahnya luar biasa. Masa kita diamkan? Makanya kita coba," ujar Herlianto menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com