Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Bocah Dalam Kardus dan Lemahnya Perlindungan Anak

Kompas.com - 12/10/2015, 16:26 WIB
Windoro Adi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketidakpedulian lingkungan sosial terhadap perlindungan anak menjadi cermin tiadanya kompetensi orangtua, sekolah, dan warga. Di kalangan permukiman kelas bawah, ketidakpedulian warga juga didorong oleh sikap "mencari selamat".

Demikian disampaikan kriminolog UI Prof Mustofa dan sosiolog UI Prof Thamrin Tamagola, Minggu (11/10/2015) malam.

Mereka menyampaikan hal itu untuk menanggapi ketidakpedulian warga sekitar terhadap kehadiran tersangka Agus (39) dan warung bedengnya yang tumbuh menjadi tempat nongkrong siswa-siswi SD dan SMP.

Padahal, warga sekitar tahu, tersangka kasus pembunuhan PNF (9) sudah beberapa kali dipenjara karena kasus narkoba dan berpengaruh buruk pada perkembangan sosial anak-anak warga.

Mustofa mengatakan, pudarnya ketidakpedulian lingkungan sosial masyarakat bawah terjadi karena tiadanya kompetensi warga terhadap perlindungan anak.

"Itu bermula dari tiadanya kompetensi orangtua terhadap perlindungan anak-anak mereka," ujar Mustofa.

Kalau lingkungan sosialnya sebagian besar terdiri dari orangtua yang tidak kompeten terhadap perlindungan anak, lanjut Mustofa, otomatis lingkungan sosial mereka juga tidak berkompeten terhadap perlindungan anak.

Menurut Mustofa, lingkungan sekolah pun minim kompetensi perlindungan anak.

"Undang-undangnya memang sudah ada, tetapi pelaksanaannya di lapangan enggak nyambung karena guru-gurunya tidak mendapat desain sosialisasi mengenai perlindungan anak," tutur Mustofa.

"Alhasil, ketiga lingkungan, lingkungan keluarga, lingkungan warga, maupun lingkungan sekolah, minim kompetensi usaha perlindungan anak," ujar Mustofa.

Mencari selamat

Sementara itu, Thamrin menyoroti aspek "mencari selamat" yang membuat kepedulian lingkungan sosial, terutama kalangan kelas bawah melemah.

"Daripada repot berurusan dengan birokrasi dan prosedur yang bertele-tele saat membuat laporan, lebih baik diam. Daripada 'bergesekan' dengan tetangga karena memperkarakan tetangga, ya lebih baik diam," kata Thamrin.

Ia menduga, dalam kasus A, warga tidak mau mencampuri bahkan mengawasi A karena A adalah bagian dari komunitas warga.

"Buat warga, A bukan orang asing. Dia juga tidak mencuri atau merampok warga," ujar Thamrin.

Kalau soal narkoba, lanjut Thamrin, warga cenderung mencari selamat dengan bersikap tidak peduli.

"Aneh memang. Kalau kasusnya pencurian atau perampokan, warga bisa sangat kejam. Tapi, kalau kasusnya narkoba, warga bersikap, 'urusan masing-masing sajalah,'" kata Thamrin.

Solusi

Untuk mengakhiri ketidakpedulian warga, Mustofa mengusulkan agar lingkungan keluarga, permukiman, dan sekolah meningkatkan kompetensi terhadap perlindungan anak.

"Mulai dari keluarga lewat proses pendampingan instansi pemerintah pusat dan daerah terkait," ucap Mustofa.

Sementara itu, proses pendampingan di sekolah dilakukan untuk mengimplementasikan semua produk perundangan terkait usaha perlindungan anak.

"Di situ dipaparkan bagaimana rincian dan proses pelaksanaannya. Bagaimana desain besarnya," ujar Mustofa.

Thamrin menambahkan, untuk mengurangi sikap mencari selamat, pemerintah pusat dan daerah harus meningkatkan pelayanan publik terkait usaha perlindungan anak.

"Pangkas prosedur birokrasi yang bertele-tele. Utamakan pelayanan dulu. Buat warga merasa nyaman dengan pelayanan tersebut dan ada jaminan, setiap laporan krusial ditindaklanjuti," ujar Thamrin.

Ia berharap, ada kerja sama dan sinergi antara lembaga kepolisian, lembaga-lembaga perlindungan anak, para pemerhati anak, tokoh lingkungan, serta instansi pemerintah terkait.

"Jangan sampai hubungan di antara lembaga ini justru menyebabkan prosedur administratif yang makin panjang sehingga justru menghambat proses penyelesaian kasus," ucap Thamrin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com