Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Rumah yang Ditembok Warga di Bintaro Alami Beban Psikologis

Kompas.com - 06/11/2015, 15:59 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilik rumah yang ditembok warga di Perumahan Bukit Mas Bintaro, Denny (41), sudah lelah dengan apa yang dia alami beberapa hari terakhir ini. Menurut dia, kerugian dari rumahnya yang ditembok itu bukan hanya dari sisi materil, tapi juga kerugian imateril, seperti rasa tidak aman dan stres tidak bisa hidup normal layaknya orang lain.

"Kita tuh sudah capek ngurusin masalah ini. Saya sama istri sudah enggak ngantor hampir dua pekan, loh. Sopir saya juga enggak bisa kerja karena mobilnya enggak bisa keluar. Bayangkan, bagaimana psikologis orang yang rumahnya ditembok begini?" kata Denny kepada Kompas.com di rumahnya, Jumat (6/11/2015) siang.

Denny mengaku sudah tidak memikirkan jika ada orang yang mempermasalahkan dokumen tanah dan rumahnya. Sampai hari ini, Denny menegaskan, tidak ada yang salah dengan arah rumahnya yang menghadap ke Jalan Cakra Negara.

Denny juga menuturkan, rumahnya memang bagian dari Perumahan Bukit Mas Bintaro. Kepada Kompas.com, Denny menunjukkan bukti dokumen yang menyatakan rumahnya menghadap ke Jalan Cakra Negara, di antaranya ada IMB dan sertifikat. (Baca: Warga Mengaku Keluarkan Puluhan Juta Rupiah untuk Menembok Rumah Denny)

Stres yang dialami Denny dan istrinya masih terasa sampai hari ini. Istri Denny mengungkapkan, dia sampai tidak berani keluar rumah karena masih terngiang-ngiang kejadian pada hari saat kelompok Warga Peduli Perumahan Bukit Mas Bintaro (WPPBM) menembok depan rumah mereka, Minggu (1/11/2015) lalu.

"Ramai sekali waktu itu. Kita kan warga baru. Kalau dibilang warga baru sombong enggak mau nyapa warga sekitar, gimana mau nyapa. Lihat ke luar saja sudah seram, sampai sekarang saya enggak berani keluar rumah, kecuali kalau suami saya sudah di rumah," tutur dia.

Akibat penembokan ini, istri Denny terpaksa harus bekerja di rumah. Berkas-berkas dan bahan pekerjaannya diantarkan oleh rekan kerja ke rumahnya agar bisa tetap bekerja. Sedangkan Denny sendiri, sampai hari ini, pusing memikirkan kapan masalah ini selesai dan dia bisa bekerja lagi.

"Kita tuh korban. Harusnya, kalau mau nuntut, nuntutlah pemilik rumah sebelumnya, atau tuntut Pemda atau Pemprov DKI. Ini kan sudah punya mereka. Saya harus cari nafkah juga kan, bagaimana kalau begini terus?" ujar Denny. (Baca: Pemilik Rumah yang Ditembok Minta Pemkot Jaksel Cepat Bergerak)

Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Selatan sedang dalam proses untuk memverifikasi aset yang ada di rumah Denny. Jika dipastikan semua aset dan surat-surat tidak ada yang bermasalah, maka Pemkot Jakarta Selatan akan segera merobohkan tembok tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com