"Di KRL ada tidak?" tanya Subakir.
"Ada, Pak," jawab Suwarno.
Ruang masinis juga dicek dengan seksama oleh Pandu, masinis senior PT KCJ. Mulai dari pengeras suara, hingga menjajal tuas membuka tutup pintu.
Tak lupa kondisi pendingin kereta diperiksa, hingga mengukur suhu di dalam kereta saat AC dinyalakan dan dimatikan.
Setelah itu, tim pengecek memeriksa bagian bawah kereta, juga mencoba kereta saat berjalan. Tak kalah penting, diameter roda diukur apakah sesuai dengan rel di Indonesia.
Setelah pengecekan selesai, rombongan dibawa ke dalam ruangan di dipo tersebut.
Gangguan kereta
Tim dari PT KCJ diberi kesempatan untuk bertanya. Mulai dari cara perawatan, sistem pengereman, dan kendala yang terjadi pada KRL 205 sejenis yang sudah lebih dulu beroperasi di Jabodetabek.
"Berapa kali gangguan kereta dialami JR East selama setahun? Sebab setibanya di Jakarta, pasti ada gangguan," kata Subakir.
Menurut Obe San, gangguan biasanya terjadi karena motor generator kemasukan salju saat musim dingin. Selain itu karena badai mengganggu persinyalan.
Hal yang sama ternyata juga terjadi di Jakarta. Menurut Subakir, pada saat musim kemarau, motor generator kemasukan debu.
Solusinya, Obe San menyarankan agar diberi filter.
Selama digunakan di Nambu Line, perawatan kereta ini juga amat dijaga. Empat tahun sekali masuk ke bengkel besar untuk diperiksa secara keseluruhan.
Prihal suku cadang pun tetap ada. Sehingga jika membutuhkan, PT KCJ bisa mengajukan untuk pengadaannya.
Pada kesempatan itu, pihak PT JR East juga menjelaskan bahwa di Jepang biasanya kereta diganti setiap 40 tahun sekali. Namun belakangan, 20-25 tahun sudah diganti mengingat penyesuaian dengan teknologi.