Salah satu tokoh yang namanya paling sering disebut untuk maju pada Pilkada DKI 2017 adalah Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Pria yang akrab disapa Emil itu kini didekati beberapa partai politik, contohnya Partai Gerindra, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), serta Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Karakter Emil yang tenang dalam menyelesaikan masalah kerap dibandingkan dengan karakter petahana, Basuki atau Ahok, yang kerap emosional ketika memimpin Ibu Kota.
Namun, siapa sangka dua kepala daerah ini ternyata teman satu geng. Saat menjadi Wakil Gubernur DKI, Ahok mengaku masuk perkumpulan para pemimpin muda bersama Emil.
Selain mereka, ada pula Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wali Kota Bogor Bima Arya, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi, serta Wali Kota Makassar Ramdhan Pomanto.
"Kami memang ada gengnya, Dino Patti Djalal yang mengatur semuanya. Walaupun beda partai dan beda ideologi, yang penting niat kami sama," kata Ahok pada tahun 2014 lalu.
Pembentukan geng ini berawal dari ide mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal untuk mengumpulkan tujuh kepala daerah yang usianya di bawah 50 tahun dalam sebuah diskusi pada 1 Maret 2014 lalu di XXI Ballroom Djakarta Theatre, Jakarta Pusat.
Dalam diskusi itu, para kepala daerah berdiskusi mengenai gagasan dan program dalam menumbuhkan kembali optimisme masyarakat Indonesia.
Ahok tak menyangka tali pertemanan mereka terus berlanjut. Padahal, beberapa dari mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
"Kami bisa saling mengingatkan kalau di BBM (BlackBerry Messenger) dan WhatsApp. Misalnya, ada yang bilang, 'Eh, lu di Jakarta jangan asal ngomong. Kalau lu salah, kita-kita yang jatuh nih', kira-kira begitu. Ha-ha-ha," kata Ahok tertawa.
Survei: antara Ahok dan Emil
Aksi-aksi para pemimpin muda di daerah ini menggelitik partai politik untuk menggandeng mereka pada Pilkada DKI. Sementara Ahok memilih jalur nonpartai setelah melepaskan diri dari Partai Golkar dan Partai Gerindra.
Tak hanya itu, lembaga survei juga terus membuat jajak pendapat antara Ahok dan para calon pesaingnya pada Pilkada DKI 2017. Di antaranya yang dilakukan oleh Cyrus Network serta Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Pada November 2015 lalu, dalam survei yang dilakukan Cyrus Network menunjukkan bahwa Emil menjadi tokoh yang paling disukai warga Jakarta. Namanya melejit di posisi pertama dengan persentase 72,4 persen.
Di bawah Emil, ada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan 71,9 persen dan Ahok di peringkat ketiga dengan 67,2 persen.
Dalam hal popularitas, Emil berada di peringkat ketiga dengan persentase 80,4 persen, sedangkan Ahok di peringkat pertama dengan 96,8 persen. Di peringkat kedua, ada Risma dengan 81,4 persen.
Sementara dari survei terbaru yang dilakukan CSIS, warga DKI Jakarta yang tidak puas dengan kepemimpinan Ahok kemungkinan besar akan berpaling ke tokoh lain.
Tokoh yang dianggap mungkin untuk jadi "pelarian" adalah Emil. Hal itu didapat dari hasil survei bertajuk "Calon Independen Vis A Vis Calon Partai" yang dilakukan CSIS pada 5-10 Januari 2016.
Tim survei mengikutsertakan 400 responden yang merupakan warga Jakarta, dan tersebar di lima wilayah kota, kecuali Kepulauan Seribu.
Metode survei menggunakan penarikan sampel secara acak, dengan margin of error lebih kurang 4,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dari tabulasi silang antara pilihan dan kepuasan terhadap kinerja Ahok dan pilihan partai, tim survei mendapati bahwa 34 persen responden yang mengaku tidak puas dengan Ahok akan memilih Emil sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Menanggapi hal ini, Ahok mengatakan, Emil bisa mengalahkan dirinya dalam Pilkada DKI 2017.
Menurut Ahok, kepala daerah yang sudah berpengalaman memimpin daerah lain berpeluang memenangi Pilkada DKI 2017. Hal itu yang terjadi ketika ia dan Joko Widodo memenangi Pilkada DKI 2012 dan sebelumnya merupakan putra daerah.
"Makanya, dia (Emil) bisa saja ngalahin saya. Bisa saja," kata Ahok.
Jawaban Emil
Hingga kini, Emil belum menegaskan keputusannya untuk ikut maju dalam Pilkada DKI 2017 mengingat ia masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung.
Sama seperti Ahok, kepemimpinan Emil di Bandung juga akan selesai pada tahun 2017.
Emil mengaku sudah ada beberapa partai politik yang mencoba berkomunikasi dengannya perihal Pilkada DKI 2017.
Selain itu, Emil juga merupakan satu dari delapan nama tokoh yang masuk bursa bakal calon Gubernur DKI dari Partai Gerindra.
Rencananya, pada Rabu (27/1/2016) ini, DPD Partai Gerindra DKI akan melakukan penjaringan bakal calon gubernur untuk Pilkada DKI 2017.
Emil pun memberi jawaban bersayap ketika ditanya mengenai undangan DPD Partai Gerindra DKI itu.
"Saya banyak kegiatan juga, enggak prioritas, kan bisa via telepon juga. Jadi, tidak harus secara fisik datang. Tetapi, fifty-fifty-lah," ujar Emil.
Selain itu, dia tak menyangkal bahwa sejumlah pimpinan partai pernah menemuinya untuk menawarkan tempat sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta.
"Saya sudah bertemu dengan Pak Prabowo, Pak Aburizal Bakrie, dan lain-lain. Salah satunya membicarakan DKI (pilkada) juga, tetapi saya juga tidak menjawab iya atau tidak," tuturnya.
Pertemuan tersebut, lanjut Emil, dianggap sebagai masukan dari para tokoh partai tentang rencana karier politiknya ke depan.
Emil mengaku membutuhkan waktu untuk menghitung baik buruknya sebelum mengambil keputusan terbaik.
Apakah perebutan posisi Gubernur DKI akan membuat hubungan teman satu geng itu akan berubah? Kita lihat nanti....
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.