Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malam yang Berbeda di Kalijodo

Kompas.com - 27/02/2016, 09:07 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana malam hari di Kalijodo yang biasanya diselimuti dengan kesibukan dan keramaian kafe-kafe dangdut, beberapa hari lagi, akan menjadi sejarah.

Hiruk pikuk di Jalan Kepanduan II dari kawasan Tambora, Jakarta Barat, hingga masuk ke daerah Penjaringan, Jakarta Utara, berubah menjadi pemandangan bangunan yang kosong. Beberapa warga tampak berkemas.

Begitulah suasana di Kalijodo, Jumat (26/2/2016) malam.

Jelang dua hari sebelum penggusuran yang akan berlangsung pada hari Senin (29/2/2016), hampir semua bangunan di sana sudah dibongkar. Ada pula yang ditinggalkan begitu saja, baik dengan pintu terkunci, maupun dengan pintu terbuka lebar.

Jika biasanya di jalan masuk ke Kalijodo digunakan sebagai tempat parkir mobil dan sepeda motor, kini berubah jadi tenda yang diisi sejumlah personel Polri. Mereka ditugaskan berjaga-jaga di Kalijodo hingga pelaksanaan penggusuran nanti dan memastikan tidak ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi.

Masih di jalan masuk ke Kalijodo, tidak jauh dari sana, sebelumnya, ramai orang berjualan di warung yang berderet di sebelah kiri jalan. Di sebelah kanannya, biasanya langsung terlihat lampu kerlap-kerlip dari kafe dangdut beserta suara musik yang cukup kencang terdengar.

Saat masih beroperasi, suasana kawasan Kalijodo, terutama saat malam minggu, sangat ramai. Saking ramainya, sekitar setengah badan jalan inspeksi di sana dipakai jadi tempat parkir mobil dan sepeda motor juga.

"Wah ini dulu, kalau malam minggu, ramainya kayak pasar malam, sampai susah masuk ke sininya," kata seorang warga kepada Kompas.com, kemarin malam.

Kalijodo yang tadinya dihuni sekitar seribu lebih kepala keluarga (KK), sekarang tak ubahnya seperti kota mati.

Kebanyakan warga sudah pindah ke tempat yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti Rusun Marunda dan Rusun Pulogebang. Selebihnya, memilih pindah ke rumah saudara dan pulang kampung.

Beberapa warga yang ditemui semalam mengaku tidak menolak dengan rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akan mengubah kawasan Kalijodo menjadi ruang terbuka hijau (RTH).

Namun, warga menyayangkan adanya ketidakberesan pada birokrasi di pemerintahan sebelumnya yang pada akhirnya membuat warga di sana memiliki surat-surat resmi dan membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) secara rutin.

"Kita sadar kalau kita hidup di tanah negara. Cuma, kok bisa kita sampai bayar PBB, sama kayak di tempat lain. Kita warga kecil tahunya kan apa yang kita dapat saja, tidak semua warga di sini pengusaha yang bisa pindah kapan saja," tutur warga lain sambil membereskan barang-barang di rumahnya.

Sebagian besar warga yang masih bertahan punya rencana untuk pindah pada hari Minggu (28/2/2016), sehari sebelum penggusuran.

Hanya dalam hitungan hari, Kalijodo akan tinggal kenangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Megapolitan
Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Megapolitan
Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Megapolitan
Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Megapolitan
 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Megapolitan
SYL Klaim Beri Rp 1,3 Miliar ke Firli Bahuri, Kapolda Metro: Menarik, Akan Kami Cek

SYL Klaim Beri Rp 1,3 Miliar ke Firli Bahuri, Kapolda Metro: Menarik, Akan Kami Cek

Megapolitan
Selebgram Bogor Gunakan Gaji dari Promosi Situs Judi 'Online' untuk Bayar Sewa Kos

Selebgram Bogor Gunakan Gaji dari Promosi Situs Judi "Online" untuk Bayar Sewa Kos

Megapolitan
Oknum Ormas Diduga Pungli ke Pengendara di Samping RPTRA Kalijodo, Warga Keberatan tapi Tak Berani Menegur

Oknum Ormas Diduga Pungli ke Pengendara di Samping RPTRA Kalijodo, Warga Keberatan tapi Tak Berani Menegur

Megapolitan
Kasus Mertua Dianiaya Menantu di Jakbar, Pakar Nilai Ada Upaya Penghentian Perkara oleh Polda

Kasus Mertua Dianiaya Menantu di Jakbar, Pakar Nilai Ada Upaya Penghentian Perkara oleh Polda

Megapolitan
Pilu Calon Siswa di Depok Tak Lolos PPDB Jalur Zonasi hingga Dugaan Adanya Kecurangan...

Pilu Calon Siswa di Depok Tak Lolos PPDB Jalur Zonasi hingga Dugaan Adanya Kecurangan...

Megapolitan
Bawaslu DKI Bakal Surati Pengelola Apartemen yang Menolak Coklit Data Pemilih Pilkada 2024

Bawaslu DKI Bakal Surati Pengelola Apartemen yang Menolak Coklit Data Pemilih Pilkada 2024

Megapolitan
Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani

Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani

Megapolitan
Bus Wisata Ukuran Besar Bisa Parkir di Stasiun Gambir, tapi Lahannya Terbatas

Bus Wisata Ukuran Besar Bisa Parkir di Stasiun Gambir, tapi Lahannya Terbatas

Megapolitan
Mertua Korban Penganiayaan Menantu di Jakbar Gugat Kapolri-Kapolda ke Pengadilan

Mertua Korban Penganiayaan Menantu di Jakbar Gugat Kapolri-Kapolda ke Pengadilan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com