Lalu, dia melanjutkan, "Tuhan, aku sadar penyakitku tak akan pernah sembuh, aku tahu hidupku tidak lama lagi. Aku ingin melewati hari-hari terakhirku bersamanya."
Nama Ayu dan seorang lelaki yang sering ditulisnya dalam buku terpampang di dinding salah satu kamar tersebut. Ada simbol cinta di antara nama mereka.
Uang dan penyakit
"Saya tidak sakit. Siapa bilang saya HIV? Saya juga sudah tidak di Kalijodo, sudah pulang ke kampung," kata ME saat dihubungi.
Nama gadis 25 tahun ini tercatat positif HIV sejak Oktober tahun lalu. Dia bekerja di Kafe Nusantara, satu dari ratusan kafe di Kalijodo.
Dia menceritakan, hingga Januari lalu, dia memang masih bekerja di Kalijodo setelah beberapa bulan sebelumnya dibawa seseorang dari kampungnya di Lampung.
Di sana, dia selalu melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai aturan di tempatnya bekerja.
Saat ditanyakan mengenai kebiasaan tidak menggunakan kondom saat berhubungan, dia menjawab, "Kalau itu memang ada yang sering meminta tidak pakai. Kami juga bisa apa, memangnya siapa yang mau kerja kayak gitu?"
Dari catatan Puskesmas Pejagalan, setidaknya ada 55 pekerja seks yang terdata positif HIV per 2015. Sementara hingga pertengahan Februari lalu, telah ada 13 orang yang positif HIV.
Mami (56), begitu dia ingin dipanggil, mengembuskan asap rokok dengan kencang. Dia sedang mengawasi pembongkaran bangunan miliknya.
Pemilik salah satu kafe dengan 17 kamar ini mengawasi pembongkaran Kafe Ojo Lali di RT 006 RW 005, Pejagalan, Jakarta Utara.
"Semuanya sudah habis. Kami mulai bisnis ini berdarah-darah. Sekarang semua ceweknya (PSK) sudah pada pulang atau pindah ke tempat lain juga," ucap ibu empat anak yang tinggal di Kalijodo sejak 1984.
Ratusan pekerja seks-data Pemkot Jakarta Utara 450 orang-tidak terlihat lagi di wilayah ini.
Sebagian dari mereka pulang kampung, pindah ke tempat lain, diungsikan pemilik, atau dibawa lari pelanggannya.
Padahal, ucap Mami, pekerja seks di tempat ini sangat "berjaya" hingga awal bulan lalu. Tidak kurang, uang Rp 550.000 bisa diperoleh setiap hari.