Sangat mengherankan bahwa ada tumpukan bungkus kabel dalam jumlah yang begitu banyak di kawasan "ring satu" atau dekat Istana Negara.
Tumpukan bungkus kabel itu ditemukan oleh satgas dari Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat pada Rabu, 24 Februari 2016. Saat itu, mereka tengah menyisir selokan di Jalan Medan Merdeka Selatan.
"Pada Rabu pekan lalu pas di posisi Jalan Medan Merdeka Selatan, satgas saya beserta koordinatornya membuka penutup saluran untuk cek di situ dan ditemukanlah sampah seperti itu (bungkus kabel)," kata Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat, Dicky Suherlan kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (1/3/2016).
Awalnya, petugas mengira bungkus kabel yang menumpuk di selokan Jalan Medan Merdeka Selatan itu hanya sedikit. Namun setelah digali lebih jauh, ternyata jumlahnya lebih dari yang diperkirakan.
Hampir setiap hari petugas menemukan bungkus kabel yang sama di sana. Hari pertama, petugas mengangkat bungkus kabel sebanyak satu truk. Pengangkutan itu sempat terhenti selama dua hari karena petugas mengurusi genangan di wilayah lain.
"Nah, Sabtu (27/2/2016), lagi, dua truk. Minggu lanjut lagi dua truk," kata Dicky.
Keesokan harinya, Senin, petugas mengangkut lebih banyak lagi bungkus kabel, yakni sebanyak empat bak truk.
Pada Selasa, petugas mengangkat lagi bungkus kabel sebanyak tiga bak truk. Hingga Kamis, bungkus kabel yang terangkut sudah sebanyak 20 truk.
Jumlah itu diperkirakan terus bertambah hingga gorong-gorong Jalan Medan Merdeka Selatan bersih dari bungkus kabel.
Penyelidikan
Keberadaan bungkus kabel itu akhirnya dilaporkan ke polisi oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Laporan tersebut terkait dugaan Ahok tentang adanya sabotase.
Dugaan Ahok bukan tanpa sebab. Jumlah bungkus kabel yang banyak membuat ia geram. Sampah tersebut bisa membuat kawasan ring satu terlanda banjir.
"Siapa tahu mau kasih tahu saya untuk keluarin duit kalau banjir di Istana. Bisa saja, atau mau bikin sumur resapan di sekitar Monas. Bisa juga orang keki (tidak senang) sama saya. Enggak tahu," kata Ahok.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian langsung membuat tim khusus untuk menyelidiki temuan tersebut. Tim khusus tersebut dipimpin Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Mujiyono.
Menurut Tito, tim ini akan menguak keberadaan bungkus kabel itu.
"Kami teliti ini kabel yang naruh siapa. Yang kedua, ini bekas kabelnya siapa. Kemudian, yang ketiga, ini ada bermacam kemungkinan, mengapa ada bekas kabel ada di sini. Bisa saja orang naruh di sini," kata Mujiyono.
Namun sejumlah perusahaan yang punya instalasi kabel dalam gorong-gorong langsung membantah. PT Telkom Indonesia misalnya menyebut bungkus kabel itu bukan milik mereka. GM Telkom Jakarta Pusat Dwi Pratomo Juniarto mengungkapkan, Telkom Jakarta Pusat memakai bungkus kabel 4 cm, 7 cm dan 8 cm.
"Begitu dengar berita ini kemarin, kami bandingkan dengan kabel yang saat ini kita gunakan. Jadi bukan dari kabel yang kami gunakan," ujar Dwi Pratomo Juniarto saat datang langsung ke lokasi penemuan bungkus kabel di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan, Telkom memiliki jalur sendiri dalam instalasi kabel.
Humas PLN Disjaya, Mambang Hertadi, menyatakan ciri-ciri bungkus kabel yang ditemukan tak sama dengan milik PLN. Menurut Mambang, diameter bungkus kabel PLN yakni sekitar 10 cm ke atas. Ada pun bungkus kabel yang ditemukan berdiameter sekitar 3 cm hingga 5 cm.
"Belum bisa dipastikan itu kabel PLN. Hasil sampel yang kami dapat dari sana, kupasan kabel itu adalah armor atau pelindung kabel," kata Mambang.
Mirip kabel PLN
Meski PLN membantah, Tito menyebut bungkus kabel yang ditemukan mirip dengan kabel milik PLN.
"Kami bandingkan, gulungan bungkus itu mirip dengan gulungan kabel milik PLN, dan bukan Telkom," kata Tito di Mapolda, Jumat (4/3/2016).
Dari pemeriksaan terhadap pegawai PLN hari ini, polisi menemukan adanya unsur kelalaian. Salah satunya berkaitan dengan dibiarkannya kabel jika sudah tak terpakai.
"Menurut keterangan PLN, kabel-kabel di bawah tanah memang ada yang tidak digunakan, dan (mereka) membuat jaringan baru. Nah, jaringan lama ini tidak diangkat," kata Tito.
Hingga kini, ia mengaku penyidik belum menemukan unsur sabotase sebagaimana dituduhkan Ahok terkait dengan temuan bungkus kabel itu.