Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Bungkus Kabel Akan Segera Terkuak?

Kompas.com - 04/03/2016, 20:04 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan bungkus kabel yang menumpuk di gorong-gorong di bawah Jalan Medan Merdeka Selatan masih menimbulkan banyak tanya. Misalnya dari mana asal kabel itu, bagaimana awalnya ditemukan, mengapa ada di sana atau siapa yang menaruhnya di situ?

Sangat mengherankan bahwa ada tumpukan bungkus kabel dalam jumlah yang begitu banyak di kawasan "ring satu" atau dekat Istana Negara.

Tumpukan bungkus kabel itu ditemukan oleh satgas dari Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat pada Rabu, 24 Februari 2016. Saat itu, mereka tengah menyisir selokan di Jalan Medan Merdeka Selatan.

"Pada Rabu pekan lalu pas di posisi Jalan Medan Merdeka Selatan, satgas saya beserta koordinatornya membuka penutup saluran untuk cek di situ dan ditemukanlah sampah seperti itu (bungkus kabel)," kata Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat, Dicky Suherlan kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (1/3/2016).

Awalnya, petugas mengira bungkus kabel yang menumpuk di selokan Jalan Medan Merdeka Selatan itu hanya sedikit. Namun setelah digali lebih jauh, ternyata jumlahnya lebih dari yang diperkirakan.

Hampir setiap hari petugas menemukan bungkus kabel yang sama di sana. Hari pertama, petugas mengangkat bungkus kabel sebanyak satu truk. Pengangkutan itu sempat terhenti selama dua hari karena petugas mengurusi genangan di wilayah lain.

"Nah, Sabtu (27/2/2016), lagi, dua truk. Minggu lanjut lagi dua truk," kata Dicky.

Keesokan harinya, Senin, petugas mengangkut lebih banyak lagi bungkus kabel, yakni sebanyak empat bak truk.

Pada Selasa, petugas mengangkat lagi bungkus kabel sebanyak tiga bak truk. Hingga Kamis, bungkus kabel yang terangkut sudah sebanyak 20 truk.

Jumlah itu diperkirakan terus bertambah hingga gorong-gorong Jalan Medan Merdeka Selatan bersih dari bungkus kabel.

Penyelidikan

Keberadaan bungkus kabel itu akhirnya dilaporkan ke polisi oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Laporan tersebut terkait dugaan Ahok tentang adanya sabotase.

Dugaan Ahok bukan tanpa sebab. Jumlah bungkus kabel yang banyak membuat ia geram. Sampah tersebut bisa membuat kawasan ring satu terlanda banjir.

"Siapa tahu mau kasih tahu saya untuk keluarin duit kalau banjir di Istana. Bisa saja, atau mau bikin sumur resapan di sekitar Monas. Bisa juga orang keki (tidak senang) sama saya. Enggak tahu," kata Ahok.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian langsung membuat tim khusus untuk menyelidiki temuan tersebut. Tim khusus tersebut dipimpin Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Mujiyono.

Menurut Tito, tim ini akan menguak keberadaan bungkus kabel itu.

Kompas TV Pasukan Katak Susur Gorong-Gorong
Membantah

Tim khusus polisi langsung bekerja. Kombes Mujiyono mengatakan, polisi mengantongi bukti bungkus kabel dengan ukuran cukup beragam, antara lain 2,5 cm, 4 cm dan 5 cm. Bukti tersebut juga akan dibandingkan dengan kabel milik Telkom dan PLN karena kedua perusahaan tersebut memasang instalasi kabel di dalam gorong-gorong.

"Kami teliti ini kabel yang naruh siapa. Yang kedua, ini bekas kabelnya siapa. Kemudian, yang ketiga, ini ada bermacam kemungkinan, mengapa ada bekas kabel ada di sini. Bisa saja orang naruh di sini," kata Mujiyono.

Namun sejumlah perusahaan yang punya instalasi kabel dalam gorong-gorong langsung membantah. PT Telkom Indonesia misalnya menyebut bungkus kabel itu bukan milik mereka. GM Telkom Jakarta Pusat Dwi Pratomo Juniarto mengungkapkan, Telkom Jakarta Pusat memakai bungkus kabel 4 cm, 7 cm dan 8 cm.

"Begitu dengar berita ini kemarin, kami bandingkan dengan kabel yang saat ini kita gunakan. Jadi bukan dari kabel yang kami gunakan," ujar Dwi Pratomo Juniarto saat datang langsung ke lokasi penemuan bungkus kabel di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, Telkom memiliki jalur sendiri dalam instalasi kabel.

Humas PLN Disjaya, Mambang Hertadi, menyatakan ciri-ciri bungkus kabel yang ditemukan tak sama dengan milik PLN. Menurut Mambang, diameter bungkus kabel PLN yakni sekitar 10 cm ke atas. Ada pun bungkus kabel yang ditemukan berdiameter sekitar 3 cm hingga 5 cm.

"Belum bisa dipastikan itu kabel PLN. Hasil sampel yang kami dapat dari sana, kupasan kabel itu adalah armor atau pelindung kabel," kata Mambang.

Mirip kabel PLN

Meski PLN membantah, Tito menyebut bungkus kabel yang ditemukan mirip dengan kabel milik PLN.

"Kami bandingkan, gulungan bungkus itu mirip dengan gulungan kabel milik PLN, dan bukan Telkom," kata Tito di Mapolda, Jumat (4/3/2016).

Dari pemeriksaan terhadap pegawai PLN hari ini, polisi menemukan adanya unsur kelalaian. Salah satunya berkaitan dengan dibiarkannya kabel jika sudah tak terpakai.

"Menurut keterangan PLN, kabel-kabel di bawah tanah memang ada yang tidak digunakan, dan (mereka) membuat jaringan baru. Nah, jaringan lama ini tidak diangkat," kata Tito.

Hingga kini, ia mengaku penyidik belum menemukan unsur sabotase sebagaimana dituduhkan Ahok terkait dengan temuan bungkus kabel itu.

Kompas TV Teka-teki Sampah Kabel
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com