Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laju Penurunan Muka Tanah di Jakarta Jadi 10-11 cm per Tahun

Kompas.com - 18/03/2016, 19:08 WIB

Faktor ekologi

Susi Pudjiastuti berpendapat, Jakarta saat ini sangat mengandalkan sistem manajemen hidrolik yang tak memperhatikan faktor ekologi. Tak ada upaya penyelesaian masalah penurunan muka tanah yang menyeluruh dan berkesinambungan dari hulu hingga hilir.

 Yang terjadi justru daerah tangkapan air menjadi bangunan sehingga air kehilangan tempat parkir. Sungai-sungai pun diluruskan sehingga air dari hulu makin cepat sampai ke hilir.

Akibatnya, sungai tak lagi menampung air meski curah hujan stabil. ”Jakarta itu dulu desainnya memang untuk dibanjiri (daerah tangkapan air), tetapi dalam perkembangannya kanal dan reservoir banyak ditutup dan sungai diluruskan. Tidak ada jalan lain, hulu dan hilir harus membuat sesuatu yang berkelanjutan karena kita tidak bisa melawan kehendak alam,” ujar Susi.

Susi juga mendukung upaya pemerintah untuk melestarikan kawasan Kota Tua. Menurut dia, Kota Tua adalah warisan cagar budaya yang sangat indah di Ibu Kota Negara. Indonesia harus berhasil mempertahankan kawasan itu sebagai kekayaan sejarah bangsa.

Ia juga berpendapat, proyek reklamasi pulau di utara Jakarta justru berpotensi membuat Jakarta tenggelam lebih cepat. Ia berharap pihak-pihak terkait bisa menawarkan solusi lain terkait kekurangan lahan di DKI. Ia juga meminta kajian proyek reklamasi bisa dilakukan matang dan rinci.

Terkait rencana pembangunan tanggul raksasa Jakarta sebagai solusi mengatasi subsidensi, Haryadi mengatakan, hal itu masih kontroversi. ”Misal kita tidak setuju, tanggul laut juga akan jalan terus. Ini soal pilihan teknologi,” katanya.

Dia berharap pemerintah konsisten menjalankan perencanaan awal. Ia pernah mendengar paparan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta terkait tanggul. Hal-hal yang disampaikan, menurut dia, sangat ideal apabila benar-benar dilakukan.

Pembenahan menyeluruh

Kepala Subbidang Pengembangan Usaha, Ketenagakerjaan, Pariwisata, dan Kebudayaan Bappeda DKI Deftrianov menuturkan, Pemprov DKI sudah memiliki serangkaian rencana untuk mengatasi tingginya laju penurunan muka tanah. Salah satunya adalah dengan menyetop pengambilan air tanah dan menyediakan air perpipaan kepada warga DKI.

Selain dari Waduk Jatihulur, Pemprov juga berencana mengambil air baku air perpipaan dari beberapa waduk, seperti Waduk Ciawi yang sedang dibangun. Air limbah pabrik dan rumah tangga pun akan didaur ulang oleh PD PAL Jaya supaya kualitas air sungai meningkat. Saat kualitas air meningkat, pemerintah memiliki sumber air cadangan dari kali.

(Harian KOMPAS/DEA/ICH)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Maret 2016, di halaman 1 dengan judul "Tanah Turun Ancaman Serius".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Megapolitan
Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Megapolitan
4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

Megapolitan
Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Megapolitan
Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Megapolitan
Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Megapolitan
Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Megapolitan
Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Megapolitan
Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Megapolitan
Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Megapolitan
Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya 'Ngikut'

Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya "Ngikut"

Megapolitan
Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Megapolitan
Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Megapolitan
HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com