Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bicara 'dangdutan', Sunatan Massal, di Jakarta Itu Tidak Bisa Menang"

Kompas.com - 31/03/2016, 10:21 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para penantang bakal calon gubernur DKI Jakarta petahana, Basuki Tjahaja Purnama "Ahok" mulai bergerilya turun ke masyarakat.

Mereka mulai memperkenalkan diri di tengah masyarakat sebagai calon bakal gubernur. (Baca juga: Parpol Lambat Usung Cagub, Ahok yang Untung).

Dua bakal calon yang paling rajin turun adalah Yusril Ihza Mahendra dan Sandiaga Uno.

Bukan hanya turun ke tengah masyarakat, keduanya juga bertemu dengan sejumlah petinggi partai politik.

Lantas, bagaimana peluang para pesaing Ahok untuk diterima masyarakat?

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai, selama kampanye mereka tidak bermuatan primodialisme, maka terbuka kemungkinan mereka bisa menyaingi Ahok.

Menurut Yunarto, isu primodialisme tidak lagi laku untuk menghadapi pesaing dalam Pilkada DKI 2017.

Fenomena ini tercermin dalam Pilkada DKI 2012 yang dimenangkan Joko Widodo dan Ahok.

"Kalau kampaye hanya berupa unjuk rasa keramaian, itu biasanya tidak akan berhasil di masyarakat perkotaan. Unjuk rasa monologis hanya berhasil di daerah middle low class, kita bicara dangdutan, sunatan massal, itu di Jakarta tak bisa," kata Yunarto di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2016).

Menurut dia, kunci kemenangan Jokowi-Ahok ketika itu bukan karena ketokohan atau popularitas. (Baca juga: Parpol Lambat Usung Cagub, Ahok yang Untung).

Yunarto menyebut keduanya menang karena warga Jakarta ketika itu mencari pemimpin baru yang bisa menyaingi petahana.

"Rasionalitas pemilih Jakarta melihat perubahan di Jakarta terjadi ketika orang maju menantang incumbent punya modal sosial berupa track record yang terkait dengan kerjaan saat jadi gubernur DKI Jakarta nanti," sambung Yunarto.

Jokowi dan Ahok datang ke Jakarta dengan keberhasilan kerja mereka menjadi pemimpin di Solo dan Belitung Timur.

Menurut dia, masyarakat kemudian melihat kinerja Jokowi-Ahok yang lebih baik dibandingkan dengan calon petahana ketika itu, Fauzi Bowo. 

Kompas TV Survei Sebut Elektabilitas Ahok di Atas 50 Persen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bikin Resah Masyarakat, Polisi Akan Tindak Tegas Juru Parkir Liar di JIS

Bikin Resah Masyarakat, Polisi Akan Tindak Tegas Juru Parkir Liar di JIS

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com