AKARTA, KOMPAS.com - Partai politik dianggap lamban dalam mengusung bakal calon gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Hingga Kamis (31/3/2016), baru dua parpol yang menentukan sikapnya pada Pilkada, yakni Partai Hanura dan Partai Nasdem. (Baca juga: Cyrus: Paling Logis Partai Bersatu Tetapkan Satu Nama untuk Melawan Ahok ).
Kedua partai itu mendukung pencalonan petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok melalui jalur independen.
"Kalau semangatnya ingin mengalahkan petahana, harusnya cepat mencari orang terbaik secepat mungkin. Karena kalau buang-buang waktu, yang untung Ahok lho, karena Ahok terus kerja," kata Hasan, kepada wartawan, Rabu (30/3/2016).
Ketika Ahok bekerja, kata dia, maka hal itu juga termasuk sosialisasi kepada masyarakat.
Semakin lama parpol mengusung calon, maka calon gubernur yang diusung nantinya akan semakin singkat waktunya untuk bersosialisasi kepada masyarakat.
Hal ini dinilai akan membuat parpol merugi. "April 2015, kami memunculkan nama Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung) dan ibu Risma (Wali Kota Surabaya). Dua tokoh itu angkanya bisa bersaing dengan Ahok," kata Hasan.
(Baca juga: Cyrus Network: Yusril dan Adhyaksa Layak Diusung Parpol pada Pilkada DKI 2017).
Namun, parpol tidak tangkas menangkap semangat itu. Mereka terus diam dan mengulur waktu untuk mengusung Ridwan dan Risma.
"Sampai akhirnya mereka (Ridwan dan Risma) menetapkan diri untuk tidak maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017, ya sudah. Kalau diproses sejak setahun lalu, saya yakin ada yang mau ke Jakarta," kata Hasan.