Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Sikap Sanusi yang Pilih Mundur daripada Dipecat Partai Gerindra

Kompas.com - 08/04/2016, 07:01 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penangkapnya Mohamad Sanusi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) otomatis berpengaruh kepada dua instansi. Di antaranya adalah Partai Gerindra sebagai partai yang menaungi Sanusi dan juga DPRD DKI yang merupakan lembaga tempat Sanusi menjadi wakil rakyat.

Pada awal penangkapan, Partai Gerindra langsung bersikap keras dengan mengatakan tidak akan memberi bantuan hukum kepada Sanusi. Bahkan, Sanusi akan dipecat dari partai.

"Apabila kader melakukan tindakan tak terpuji seperti ini, yang bersangkutan akan dipecat," kata Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad saat dihubungi, Jumat (1/4/2016).

Dasco mengatakan, partainya tidak akan melindungi ataupun membela Sanusi. Sebab, apa yang dilakukannya adalah sikap pribadi. Sanusi akan mendapat perlakuan sama dengan kader Gerindra lain yang sebelumnya terindikasi melakukan tindak pidana korupsi.

Sanusi tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan masalahnya dengan dua lembaga itu. Nyatanya Partai Gerindra tidak memecat Sanusi. Hal yang terjadi adalah Sanusi mundur dan meninggalkan Partai Gerindra.

Sanusi mundur sebelum dipecat. Sebelum dirongrong oleh orang-orang untuk mundur. Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Permadi, mengungkapkan Mohamad Sanusi telah memberikan surat pengunduran diri dari Partai Gerindra. Surat pengunduran diri tersebut diberikan Senin (4/4/2016).

Menurut Permadi, dengan adanya surat pengunduran diri tersebut, Majelis Kehormatan partai tidak lagi membahas khusus kasus Sanusi. (Bac: Mundur dari Gerindra, Sanusi Otomatis Lepas Jabatan di DPRD DKI )

"Tiba-tiba keluarganya menyampaikan surat kepada kami tadi pagi. Surat itu tertanggal 2 April 2016 dan disampaikan tadi pagi," kata Permadi di kantor DPP Gerindra, Jakarta Selatan, Senin.

Surat tersebut ditujukan langsung kepada Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. Namun, Permadi mengungkapkan, Majelis Kehormatan bisa membaca surat tersebut.

"Intinya surat ini, 'Saya Mohamad Sanusi menyatakan pengunduran diri dari partai Gerindra termasuk dari DPRD dan partai'," kata Permadi.

Mundurnya Sanusi dari partai secara otomatis membuat dia mundur pula dalam jajaran anggota legislatif di DPRD DKI. Tidak perlu membutuhkan waktu lama, Sanusi pun mengirimkan surat pengunduran diri dari DPRD DKI.

Surat pengunduran diri tersebut disampaikan secara resmi pada Kamis (7/4/2016), melalui tim kuasa hukumnya kepada Sekretaris Dewan Muhammad Yuliadi. (Baca: Resmi Mundur sebagai Anggota DPRD DKI, Sanusi Kembalikan Mobil Dinas)

"Kedatangan kami kemari untuk menyampaikan surat pengunduran diri klien kami, Bang Sanusi, sebagai anggota DPRD periode 2014-2019," kata kuasa hukum Sanusi, Krisna Murti, di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Selain menyerahkan surat pengunduran diri, Krisna juga menyerahkan aset DPRD DKI Jakarta yang digunakan oleh Sanusi selama menjabat, yaitu satu mobil dinas Toyota Altis.

"Selain mengantarkan surat berhenti dari anggota DPRD, kami mewakili Pak Sanusi juga mengembalikan mobil dinas yang selama ini digunakan," ujar Krisna.

Dengan pengunduran dirinya ini, Sanusi dipastikan tidak akan lagi menerima gaji dan segala fasilitasnya sebagai anggota Dewan. Terkait sikap Sanusi ini, Krisna mengatakan kliennya memang sengaja untuk bertindak cepat.

Krisna mengatakan Sanusi tidak ingin kasusnya membuat kegaduhan di lembaga tempat dia bernaung. Sehingga, dia memilih keluar agar bisa fokus dengan kasusnya. (Baca: Tak Ada Alasan Dalam Surat Pengunduran Diri Sanusi)

"Dia ingin fokus dengan kasus hukumnya dan memang sudah seharusnya mundur tanpa perlu disuruh-suruh ketika sudah terlibat kasus," ujar Krisna.

Kompas TV Kronologi Penangkapan Sanusi oleh KPK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Megapolitan
Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Megapolitan
Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Megapolitan
Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Megapolitan
NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

Megapolitan
Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Megapolitan
Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Megapolitan
Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Megapolitan
Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Megapolitan
'Call Center' Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

"Call Center" Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

Megapolitan
Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Megapolitan
Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Megapolitan
Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Megapolitan
KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

Megapolitan
Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com